agung/ekspres |
Seperti halnya wilayah yang lain, sebelum pengadaan instalasi air bersih, warga terpaksa turun ke sungai membuat lubang-lubang besar untuk disedot airnya. Namun hal itu tidak membantu kala terjadi kemarau berkepanjangan.
"Berangkat dari keprihatinan itu, sebagian warga berinisiatif mencari sumber air baru yang bisa dimanfaatkan dan ada di Hulosobo," kata Sekretaris Desa Sumaryanto mewakili Kades Hulosobo, Ngatiyah, Rabu (4/11).
Sumber Setotok menjadi pilihan warga yang berjarak sekitar 1,5 km dari pemukiman. Kebutuhan sarana untuk bisa mengalirkan air bersih ke rumah disangga bersama oleh warga dengan cara swadaya. Tak terlalu lama, air pun bisa dimanfaatkan dengan baik.
"Untuk bisa sampai ke rumah, dibangun beberapa bak pembagi yang ukurannya disesuaikan kebutuhan. Dari bak pembagi itu, warga terdekat beli selang sendiri untuk dialirkan ke rumahnya," imbuhnya.
Beban perawatan dan dana segar untuk melakukan penggantian jika ada sarana yang rusak, KK pengguna diberi beban mengiur yang dipungut setiap selapan sekali sebesar Rp 5.000.
"Wadah untuk pengelolaan air itu dilakukan melalui kelompok Tirta Usaha yang mereka bentuk bersama," tambahnya.
Diakuinya, dari total jiwa di Hulosobo sebanyak 1.248, sumber itu hanya untuk dua dusun dari 4 dusun yang ada. "Bagi dusun yang lain bisa dicukupi dari sumur yang dimiliki. Bahkan belum lama ini ada temuan sumber baru yang bisa dimanfaatkan warga satu RT. Jadi secara umum tidak ada masalah air bersih di Hulosobo. Kalaupun ada KK yang kurang air, masihl bisa dibantu keluarga yang lain," pungkas Sumaryanto. (baj)