• Berita Terkini

    Minggu, 08 November 2015

    Hutan Terbakar di Purworejo Capai 100 Hektar

    agung/ekspres
    PURWOREJO--Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purworejo memperkirakan areal hutan yang terbakar dalam musim kemarau ini mencapai lebih dari 100 hektar. Dipicu faktor alam, lokasi kebakaran tersebar di lima kecamatan dari 16 kecamatan yang ada.

    Hal itu disampaikan Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Purworejo Drs Boedi Hardjono melalui Kepala Bidang Kegawatdaruratan Hardoyo saat ditemui di kantornya, Jumat (6/11). "Data yang kami miliki ada sekitar 100 hektar yang terbakar. Tapi itu mungkin berbeda dengan data yang ada di Kehutanan (Dinas Kehutanan dan Perkebunan-red)," ujar Hardoyo.

    Kelima kecamatan yang mengalami kebakaran hutan antara lain Kecamatan Kaligesing, Bagelen, Gebang, Bener dan Pituruh. "Kerugian terbesar menimpa masyarakat Desa Kaliharjo dalam kebakaran hutan kedua yang terjadi akhir September lalu," imbuh Hardoyo.

    Kerugian itu muncul dikarenakan kebakaran tidak hanya membakar rumput ataupun daun kering namun juga merembet pada tanaman produktif.

    Sementara itu, dari bidang Kehutanan pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan diperoleh keterangan bahwa Pemkab tidak menutup mata terkait adanya kejadian itu. Memanfaatkan dana hibah, rencananya akan ada bantuan bibit tanaman kepada wilayah yang mengalami kebakaran hutan.

    "Bantuan tidak bisa diusulkan ke APBD 2016 dan kami merencanakan memasukkan hal itu ke DAK (dana alokasi khusus-red)," ujar Plt Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Dra Eny Sudiyati MM melalui Kabid Kehutanan Subagyo.

    Ditambahkannya, perkiraan dana yang dibutuhkan dalam program bantuan bibit untuk korban kebakaran hutan itu sekitar Rp 50 juta. "Untuk penyalurannya pengadaan bibit dan pupuk hal itu bisa disalurkan dalam bentuk bantuan sosial," tambahnya.

    Disinggung mengenai jenis-jenis tanaman hutan yang rentan mati saat terjadi kebakaran, Subagyo menyatakan untuk jenis tanaman yang memiliki kambium tipis, besar kemungkinannya akan mati. "Sebagai contoh pohoh albasia itu akan rawan mati karena kambiumnya tipis," katanya.

    Sedangkan untuk tanaman keras seperti jati dan sonokeling, biasanya tidak akan menjadi masalah karena akan bisa tumbuh lagi. "Dari pengalaman yang ada untuk tanaman keras seperti jati dan sonokeling tidak terpengaruh, masyarakat di sekitar kawasan hutan sudah paham akan hal itu," tandas Subagyo. (baj)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top