darno/radmas |
Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Banjarnegara, CaturSubandrio mengatakan longsor ini terjadi secara pelan-pelan. "Kejadian rekahan longsor sejak tanggal 6 - 8 November 2015. Rekahanlongsor kurang lebih sepanjang 60 meter dan lebar rekahan 1 - 2 meterdengan kedalaman 1 - 2 meter," jelasnya. Sedangkan kemiringan lahan yang mengalami rekahan berkisar 40 derajat.
Catur menjelaskan akibat rekahan tanah tersebut, puluhan KK yang tinggal di Dusun Slimpet terancam jiwanya. "Sebanyak 60 KK atau kurang lebih 150 jiwa," katanya.
Warga yang terancam longsor ini tinggal diRT 1 dan RT 4 RW VI Dusun Slimpet.
Sejumlah langkah telah dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi warga ini. Tim Reaksi Cepat BPBD Banjarnegara telah diturunkan ke lokasi. Mereka bertugas melakukan assesment dan sosialisasi kepada warga. "Agar warga waspada terhadap ancaman longsor dan apa bila hujan turun dalam jangka waktu lama segera mengungsi," jelasnya.
Warga setempat juga telah bergotong -royong membuat penahan longsor darurat dengan karung kandi yang diisi dengan tanah. "Kerja bakti dilakukan mulai tanggal 9 November oleh masyarakat. Sekitar 60 orang,"paparnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Banjarnegara, Supriyo mengatakan kewenangan penanganan dampak bencana ini berada pada BPBD Banjarnegara. Demikian pula upaya pemulihan dan pembangunan bronjong atau talud penahan. Sedangkan untuk pembuatan Detail Engineering Design (DED)nya biasanya dilakukan oleh DPU Banjarnegara. "Disurvei
dulu. Sehingga apakah lebih tepat dibuat bronjong atau talud,"jelasnya.
Anggota DPRD Kabupaten Banjarnegara asal Punggelan, Wasis Pujiarto mengatakan perukiman penduduk Slimpet berada di atas tebing. Karena tebing berupa tanah, mudah longsor saat musim penghujan. "Dan dibawahnya ada sungai," kata dia.Pada tahun lalu, ratusan rumah terkena dampak longsor. Sehingga, saat itu ratusan KK harus mengungsi. (drn)