• Berita Terkini

    Minggu, 29 November 2015

    Melihat Kesibukan Astana Girigondo setelah Tujuh Hari Dikebumikannya PA IX

    Hendri Utomo/radarjogja
    Saking Semangatnya, Peziarah Kebablasan hingga Paling Atas

    Sepeninggalan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam IX, kesibukan dan keramaian di kompleks Astana Girigondo (tempat dimakamkannya para Adipati Kadipaten Pakualaman) Kulonprogo, meningkat. Tak hanya keluarga besar Pakualaman yang datang, juga masyarakat umum.

    ------------
    HENDRI UTOMO, Kulonprogo
    -------------

    TIDAK seperti hari-hari sebelum wafanya PA IX, Astana Girigondo, sejak seminggu terakhir makamnya keluarga besar Pura Pakualaman tampak lebih ramai. Sejak meninggalnya PA IX pada Sabtu (21/11) lalu, baik keluarga maupun masyarakat umum tampak bergantian datang untuk ziarah.

    Para abdi dalem yang bertugas di Astana Girigondo pun bergantian piket untuk berjaga.

    Penjagaan dilakukan 24 jam. Penjagaan yang dilakukan tidak hanya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, juga untuk melayani para peziarah, yang setiap harinya selalu ada.

    Juru Kunci Astana Girigondo Mas Lurah Rokanudin mengakui, sejak seminggu terakhir cukup banyak peziarah yang datang. Meski demikian tak membuatnya kelabakan, sebab pihaknya sudah melakukan persiapan sejak awal. Mulai dari besih-bersih menyiapkan tempat, dan semua keperluan lainnya, seperti menyiapkan tikar dan dupa.
    "Yang paling ramai saat peringatan 7 hari wafatnya PA IX. Malam harinya, kami (19 abdi dalem Astana Girigondo,red) menggelar tahlilan dan doa bersama di Masjid Pakualaman Kompleks Astana Girigondo," jelasnya.

    Menurutnya, sejak PA IX dimakamkan, banyak warga masyarakat yang datang untuk bertakziah dan berziarah. Mereka masyarakat umum dari berbagai daerah, sementara tugas juru kunci menunjukkan di mana letak makam PA IX.

    Meski demikian, juru kunci juga tak bisa mengawal satu per satu peziarah yang datang. Kecuali kalau memang ada yang minta tolong untuk didampingi. Karena itu sempat ada peziarah yang sampai kebablasan hingga pada pusaran yang paling atas, pada hal yang dicari adalah pusara PA IX yang baru saja dikebumikan.
     "Ada yang sampai ke atas karena belum tahu. Mungkin juga karena semangatnya,” katanya.

    Menurut juru kunci Rokanudin, kebetulan peziarah tersebut memang tidak minta diantar dan tidak tanya tentang keberadaan pusara PA IX, sehingga dia juga membiarkan peziarah tersebut berlalu. Setelah yang bersangkutan terlihat bingung, barulah disamperi. “Kami layani sebaik mungkin, ternyata dia mau ziarah ke PA IX. Karena sudah sampai di atas, ya kami juga beri tahu, ada baiknya juga ziarah ke PA VIII dulu, baru ke PA IX," tuturnya.
    Rutinitas di Astana Girigondo setelah PA IX dimakamkan, diakuinya sedikit meingkat kesibukannya. Piket dilakukan seperti biasa, melakukan bersih-bersih kompleks makam, berbagi tugas dua orang di atas, tiga orang di bawah mulai pukul 07.00 - 16.00.

    "Termasuk malam, jika ada yang ingin berizarah kami antarkan, karena kami bertugas 24 jam. Seandainya saya tidak di rumah, ada yang mau naik, saya usahakan pulang untuk melayani," tuturnya ramah.

    Lebih jauh diketakan, seperti masyarakat Jawa pada umumnya, setelah peringatan tujuh hari, akan dilanjutkan dengan peringatan 40 hari, 100 hari, satu tahun (mendak), dua tahun (miling) sampai memasang nisan. “Pengetan-pengetan tersebut untuk mendoakan beliau (PA IX),” katanya.

    Disinggung tentang harapannya pasca sepeninggalan PA IX, juru kunci senior ini berharap agar Pakualaman tetap eksis. "Kami hanya bisa berdoa, apa yang telah diperjuangan PA IX bisa dilanjutkan oleh keluarga, putra-putra dan sentana, termasuk kami di sini. Semoga semua aman dan lancar kedepannya," ungkapnya.

    Terkait kenapa makam PA IX ada di tengah dan terpisah dengan makam PA V, PA VI, PA VII dan PA VIII. Itu karena tempatnya memang sudah terbatas. Selain itu, mendiang PA IX sendiri dahulu yang memilih tempat di tengah. "Sebetulnya ada beberapa titik pilihan, tetapi beliau menginginkan di tengah. Memang cukup deket dengan jalan, baik dari atas atau dari bawah," katanya.

    Disinggung apakah ada firasat sebelum dan sesudah PA IX mangkat, Mas Lurah Rokanudin mengaku tidak ada. Pascadimakamkan suasananya juga tenang dan baik. Hanya saja ia mengaku sempat sulit tidur menjelang kepergian PA IX.

    "Saat itu saya sempat sulit tidur, dan benar tidak lama kemudian saya menerima telepon dari Jogja. Minta doa untuk PA IX yang tengah dirawat di rumah sakit Sardjito. Hingga kemudian dikabarkan mangkat," tandasnya. (jko)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top