imam/ekspres |
Informasi yang berhasil dihimpun, jenasah kedua bocah malang itu ditemukan gurunya sendiri, Bayu Arianto sekitar pukul 08.30 WIB. "Ketika masuk kelas, keduanya tak ada. Teman-temannya mengatakan, keduanya kecemplung kolam dekat sekolah," kata Bayu Arianto ditemui kebumenekspres.com, tadi pagi.
Kekhawatiran Bayu Arianto terjawab beberapa saat kemudian. Kedua siswanya itu tenggelam di kolam bekas galian genting sedalam 1,5 meter. Saat ditemukan, kedua korban tenggelam di dasar kolam. Dengan tangannya sendiri, Bayu mengangkat kedua jenasah siswanya itu dari dasar kolam. "Saya tak tahu persis kapan keduanya tenggelam. Saya menemukannya tadi sekitar pukul 08.30 WIB," ujarnya.
Penemuan bocah yang tewas itu membuat warga geger. Pantauan kebumenekspres.com, warga berduyun-duyun mendatangi sekolah yang beralamat di Jalan Belimbing RT 05RW 06 Dukuh Legok Desa/Kecamatan Pejagoan itu. Termasuk polisi yang mendapat laporan warga. Sejumlah orang tua murid yang hadir tak dapat menahan tangis.
Diketahui, Abdul Malik Alfansani (11) merupakan warga Desa Kedawung Pejagoan sementara Usamah merupakan warga Panjer.
Kecamatan Pejagoan dikenal sebagai wilayah sentra kerajinan genting di Kebumen. Puluhan bahkan mungkin ratusan tobong genting berada di wilayah itu.
Sebagai bahan baku, para pengusaha genting biasanya mengambil tanah liat dari sawah-sawah produktif. Lantaran dikeruk tiada henti dan tak direklamasi, areal persawahan berubah menjadi kubangan menyerupai kolam. Kebetulan, bangunan sekolah SD Islam As-Salaam banyak dijumpai kubangan-kubangan seperti itu. Kedalaman airnya bisa mencapai 1,5-2 meter, terlebih pada musim penghujan seperti saat ini.(cah/mam)