SOLO – Tepat satu bulan menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) 9 Desember, kondisi kabupaten/kota mulai panas. Setelah rumah sopir pribadi ketua tim sukses (timses) pasangan calon bupati Boyolali Seno-Said dilempar batu, kini giliran timses calon wali kota Solo merasa diteror.
Adalah tim kampanye pasangan calon (paslon) Anung Indro Susanto-M Fajri (AFi) mengaku mendapat perlakuan tidak menyenangkan saat kampanye, Jumat (6/11) pekan lalu.
Ketua tim pemenangan AFi Sugeng Riyanto menuturkan, berdasar laporan relawan, teror dilakukan di beberapa lokasi dalam kurun waktu yang sama. "Teman-teman PKS (Partai Keadilan Sejahtera) menyatakan ada intimidasi saat melakukan direct selling, kampanye door to door. Intimidasi di banyak titik," jelasnya, Senin (9/11).
Titik yang dimaksud antara lain kawasan Transito Kelurahan Pajang, Debegan dan Sabrang Lor Kelurahan Mojosongo. Di sejumlah lokasi itu, imbuh Sugeng, kader PKS mendapat intimidasi dengan cara diikuti konvoi sepeda motor, dibentak-bentak hingga perobekan selebaran.
"Di daerah Transito, Pajang, teman-teman diikuti preman, gas sepeda motor di-bleyer-bleyer. Di debegan, selebaran AFi disobek-sobek. Dan di Sabrang Lor diganggu preman dengan teriak-teriak," ungkap ketua DPD PKS kota Solo ini.
Bahkan ketua RT di Transito menolak kegiatan kampanye dengan alasan tidak disertai surat resmi. Hal itu dianggap Sugeng sebagai bentuk ketidaknetralan ketua RT dalam mengakomodir seluruh kepentingan paslon.
"Aktivitas kampanye kita ini kan jelas dilindungi undang-undang. Seluruh prosedur sudah kita lakukan. Kita hanya butuh surat pemberitahuan dan itu sudah kita lakukan," imbuh Sugeng.
Ditekankan Sugeng, peristiwa itu dapat mencederai proses demokrasi."Saat ini bukan saatnya menggunakan cara-cara premanisme seperti itu. Ini sebagai bentuk protes PKS. Dan AFi tidak akan tinggal diam melihat kondisi seperti ini," tuturnya.
Sementara itu, ketua tim pemenangan paslon F.X. Hadi Rudyatmo-Achmad Purnomo (Rudy-Purnomo) menegaskan, apa yang disebut teror oleh tim AFi tersebut bukan dilakukan pihaknya. Menurutnya itu merupakan spontanitas warga.
"Jangan dipotong sebagai intimidasi. Bagi-baginya leafleat-nya jangan di masjid dong. Itu aksi spontanitas warga sebagai reaksi atas pembagian leafleat di masjid. Kita saling mengoreksi, kita patuhi aturannya," urai Putut.
Dia juga menyayangkan pemasangan spanduk berbau Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA) di dekat sejumlah masjid yang dinilai merugikan pasangan Rudy-Purnomo. Itu dianggapnya juga bentuk intimidasi yang melanggar norma konstitusi bernegara.
Menyikapi perusakan rumah Agus Salim yang juga sopir pribadi ketua tim sukses pasangan calon bupati Seno-Said, anggota Panwaslu Boyolali Taryono menegaskan, kejadian itu merupakan tindak pidana murni.
“Kasus perusakan itu tidak masuk ranah Panwaslu, melainkan pidana murni dan ditangani kepolisian. Kami juga menyikapi dengan meningkatkan pengawasan secara efektif sebagai upaya preventif,” terang Taryono.
Ketua KPUD Boyolali Siswadi Sapto Harjono meminta polisi dan Panwaslu mengambil sikap tegas agar kejadian tersebut tidak berlarut. Masyarakat juga diminta aktif menjaga kondusifitas wilayah. “Jangan sampai situasi semakin keruh. Jangan mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin situasi Boyolali gaduh,” pintanya.
Di sisi lain, hari ini jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopinda) Boyolali akan mengunjungi masing-masing timses paslon. “Harapannya situasi politik Boyolali tetap tersenyum damai dan indah,” ungkap Kapolres Boyolali AKBP Budi Sartono. Diharapkan pula, perusakan rumah sopir pribadi ketua timses Seno-Said menjadi yang terakhir. (irw/wid/wa)
Adalah tim kampanye pasangan calon (paslon) Anung Indro Susanto-M Fajri (AFi) mengaku mendapat perlakuan tidak menyenangkan saat kampanye, Jumat (6/11) pekan lalu.
Ketua tim pemenangan AFi Sugeng Riyanto menuturkan, berdasar laporan relawan, teror dilakukan di beberapa lokasi dalam kurun waktu yang sama. "Teman-teman PKS (Partai Keadilan Sejahtera) menyatakan ada intimidasi saat melakukan direct selling, kampanye door to door. Intimidasi di banyak titik," jelasnya, Senin (9/11).
Titik yang dimaksud antara lain kawasan Transito Kelurahan Pajang, Debegan dan Sabrang Lor Kelurahan Mojosongo. Di sejumlah lokasi itu, imbuh Sugeng, kader PKS mendapat intimidasi dengan cara diikuti konvoi sepeda motor, dibentak-bentak hingga perobekan selebaran.
"Di daerah Transito, Pajang, teman-teman diikuti preman, gas sepeda motor di-bleyer-bleyer. Di debegan, selebaran AFi disobek-sobek. Dan di Sabrang Lor diganggu preman dengan teriak-teriak," ungkap ketua DPD PKS kota Solo ini.
Bahkan ketua RT di Transito menolak kegiatan kampanye dengan alasan tidak disertai surat resmi. Hal itu dianggap Sugeng sebagai bentuk ketidaknetralan ketua RT dalam mengakomodir seluruh kepentingan paslon.
"Aktivitas kampanye kita ini kan jelas dilindungi undang-undang. Seluruh prosedur sudah kita lakukan. Kita hanya butuh surat pemberitahuan dan itu sudah kita lakukan," imbuh Sugeng.
Ditekankan Sugeng, peristiwa itu dapat mencederai proses demokrasi."Saat ini bukan saatnya menggunakan cara-cara premanisme seperti itu. Ini sebagai bentuk protes PKS. Dan AFi tidak akan tinggal diam melihat kondisi seperti ini," tuturnya.
Sementara itu, ketua tim pemenangan paslon F.X. Hadi Rudyatmo-Achmad Purnomo (Rudy-Purnomo) menegaskan, apa yang disebut teror oleh tim AFi tersebut bukan dilakukan pihaknya. Menurutnya itu merupakan spontanitas warga.
"Jangan dipotong sebagai intimidasi. Bagi-baginya leafleat-nya jangan di masjid dong. Itu aksi spontanitas warga sebagai reaksi atas pembagian leafleat di masjid. Kita saling mengoreksi, kita patuhi aturannya," urai Putut.
Dia juga menyayangkan pemasangan spanduk berbau Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA) di dekat sejumlah masjid yang dinilai merugikan pasangan Rudy-Purnomo. Itu dianggapnya juga bentuk intimidasi yang melanggar norma konstitusi bernegara.
Menyikapi perusakan rumah Agus Salim yang juga sopir pribadi ketua tim sukses pasangan calon bupati Seno-Said, anggota Panwaslu Boyolali Taryono menegaskan, kejadian itu merupakan tindak pidana murni.
“Kasus perusakan itu tidak masuk ranah Panwaslu, melainkan pidana murni dan ditangani kepolisian. Kami juga menyikapi dengan meningkatkan pengawasan secara efektif sebagai upaya preventif,” terang Taryono.
Ketua KPUD Boyolali Siswadi Sapto Harjono meminta polisi dan Panwaslu mengambil sikap tegas agar kejadian tersebut tidak berlarut. Masyarakat juga diminta aktif menjaga kondusifitas wilayah. “Jangan sampai situasi semakin keruh. Jangan mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin situasi Boyolali gaduh,” pintanya.
Di sisi lain, hari ini jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopinda) Boyolali akan mengunjungi masing-masing timses paslon. “Harapannya situasi politik Boyolali tetap tersenyum damai dan indah,” ungkap Kapolres Boyolali AKBP Budi Sartono. Diharapkan pula, perusakan rumah sopir pribadi ketua timses Seno-Said menjadi yang terakhir. (irw/wid/wa)