IMAM/EKSPRES |
Direktur Butterfly Park Wahyu Karyono (44) menjelaskan, penangkaran secara intensif menggunakan toples,dilaksanakan sejak satu bulan lalu. Teknisnya, ulat yang baru menetas satu hari, akan dimasukan kedalam toples yang ditutup dengan kain.
Didalam toples lanjutnya, ulat akan diberi makan berupa daun segar sebanyak dua kali sehari. Di dalam toples diberi kayu untuk tempat merambat ulat, sekaligus tempat menggantung diri saat ulat menjadi kepompong. "Dengan melakukan penangkaran secara intensif maka kita dapat mengetahui kapasitas produksi kupu-kupu," tuturnya kepada Ekspres, Senin (7/12/2015).
Menurutnya, terdapat kelemahan dan kelebihan dalam penangkaran kupu-kupu dengan menggunakan media toples. Kelebihannya diantaranya pengecekan lebih mudah, pengunjung juga dapat melihat secara langsung proses metamorfosis kupu-kupu. "Saat ini sedikitnya terdapat 700 toples yang berisi berbagai macam ulat, kepompong dan kupu-kupu yang baru menetas," katanya.
Pantauan Ekspres, toples tersusun dengan rapi pada sebuah rak. Masing-masing toples terdapat satu ekor ulat. Dalam laboratorium tersebut, terdapat toples yang ulat kecil, ulat besat, kepompong, bahkan kupu-kupu yang baru menetas.
Wahyu menjelaskan, kelemahan dari teknik penangkaran menggunakan toples, adalah proses perawatan. Selain memberi makan dua kali sehari, toples juga harus selalu dibersihkan dan dijaga kelembabannya. "Namun kerepotan tersebut sebanding dengan hasil yang dicapai," paparnya.
Bagi Wahyu, pihaknya akan terus berusaha untuk menemukan cara terbaik dalam menangkarkan kupu-kupu. Dia juga telah berkomitmen untuk mengembangkan wahana wisata edukasi tersebut. "Kita melakukan upaya untuk selaku melakukan yang terbak," ucapnya. (mam)