AGUNG/EKSPRES |
Dwinanto, Kades Krandengan menyatakanair mulai meluap pada Sabtu dini hari hingga Minggu (6/12) pagi menggenangi lahan sawah setinggi satu meter. Bahkan, air juga menutup ruas jalan desa yang terdapat di tengah sawah. Beruntung banjir tidak sampai masuk ke permukiman warga.
"Hampir setiap musim hujan, banjir selalu terjadi di desa kami. Total lahan sawah di desa kami sekitar 101 hektare, tapi yang terendam hanya sepertiganya saja," katanya, Minggu (6/12).
Dia menjelaskan, di Desa Krandegan terdapat tiga sungai yang sewaktu-waktu bisa meluap. Ketiga sungai tersebut, yakni Sungai Dulang, Jali, dan Balong atau anakan Sungai Dulang. Sebelum sungai tersebut diberi tanggul, hampir setiap musim hujan banjir selalu masuk rumah. Namun, setelah dipasang tanggul, ancaman banjir relatif turun. "Setelah dipasang tanggul, banjir terakhir terjadi pada 20 Desember 2013. Waktu itu air masuk ke permukiman warga setinggi lebih dari satu meter," jelasnya.
Salah satu petani Desa Krandegan, Kecamatan Bayan, Masrur (43) mengatakan, banjir tersebut membuat puluhan hektare tanaman palawija mati. Ia mengaku terpaksa menanggung rugi belasan juta rupiah karena tanaman kacang hijau dan cabai yang sedang berbuah lebat terendam banjir. Menurut dia, tanaman tersebut jika sudah terendam banjir dipastikan akan mati. Padahal, tanaman cabai miliknya baru panen 4 kali dari 10 kali panen yang ditargetkan.
Sementara itu, lanjut dia, harga jual cabai saat ini cenderung naik. Untuk cabai hijau harga jualnya kisaran Rp 6.000 per kilogram atau naik dari harga sebelumnya Rp 3.000. Sedangkan harga kacang hijau saat ini kisaran Rp 10.000 per kilogram. "Banjir kali ini sangat merugikan petani," keluhnya.(baj)