PHILIPUS ANGGA PURENDRA/RASO |
Setelah di Karanganyar dan Wonogiri, terompet itu juga ditemukan di Polsekta Klaten. Sebanyak 34 terompet telah disita polisi dari hasil penyisiran di sejumlah perajin di gang Latar Ireng, Kelurahan Bareng, Kecamatan Klaten Tengah, dan penjual di alun-alun depan pusat perbelanjaan Jalan Pemuda.
Kapolsekta Klaten AKP Warsono menjelaskan, instruksi penyisiran langsung dari Kapolres Klaten menindaklanjuti perintah Kapolda Jawa Tengah atas temuan sebanyak 2,3 ton material sampul Alquran yang akan dijadikan terompet di Kabupaten Kendal. “Terlebih lagi sampul bertuliskan huruf Arab juga didapatkan dari produsen di Klaten,” ujarnya kemarin (29/12).
Pantauan Jawa Pos Radar Solo, tulisan Arab pada kertas bahan terompet itu berisikan Asmaul Husna dan salawat kepada Nabi Muhammad SAW. Ada juga kertas bertuliskan tata ibadah umat nasrani.
“Itu tulisannya memang memakai huruf Arab, tapi bukan Alquran utuh,” ungkap Wakapolsek Kota Klaten Ipda Suharto.
Pembuat terompet Tanto, 35, warga Soko, Desa Ngaglik, Kecamatan Wulukerto, Kabupaten Wonogiri mengatakan, dirinya tidak mengetahui adanya tulisan bernuansa Arab pada material terompetnya. Dia mendapatkan pasokan bahan baku dari Desa Tambong Kecamatan Kalikotes.
“Prosesnya (pembuatan selongsong terompet, Red) cepat. Saya membeli bahan dari pengepul,” kata Tanto.
Kapolres Klaten AKBP Langgeng Purnomo menegaskan, seluruh terompet bertuliskan Arab sudah ditarik dan disita dari penjual. Beberapa penjual juga telah dimintai keterangan.
“Kami minta masyarakat tidak terprovokasi dan menyerahkan masalah tersebut kepada pihak kepolisian. Polisi sudah bergerak cepat. Jika ada warga yang menemukan, harap melapor ke kantor polisi terdekat,” pinta Langgeng.
Ketua MUI Kabupaten Klaten Hartoyo berharap polisi bisa cepat mengklarifikasi pengepul dan perajin tujuan penggunaan material terompet dari kertas bertuliskan huruf Arab. Jika ada unsur ketidaksengajaan, perlu diperkuat dengan membuat surat pernyataan agar tidak membuat resah di kalangan masyarakat.
“Ini sangat sensitif sekali lho,” ujar dia. Hartoyo juga berharap masyarakat tidak terprovokasi dengan masalah ini.
Di Wonogiri, polres setempat telah memeriksa sebanyak 10 orang yang diduga terlibat pembuatan terompet. "Kami tengah meminta keterangan dari K perajin terompet, G dan JW pedagang kertas, dan tujuh perajin yang membantu K membuat terompet," urai Kapolres Wonogiri AKBP Windro Akbar Panggabean.
Menurut Windro, sebanyak 2 ton kertas yang disita anggotanya, ada yang bertuliskan huruf Arab berbunyi Alquran Nurqarim. Dibawahnya ada tulisan Kementerian Agama RI 2013.
Polres juga telah melakukan silaturahmi dengan tokoh-tokoh agama dan masyarakat untuk bersama-sama menjaga kondusivitas Wonogiri.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Guruh Santoso mengakui pengawasan perajin khususnya pembuat terompet di Bulukerto lemah.
"Tenaga kita berapa? Kita tidak mampu mengawasi semua," ungkap dia.
Ditambahkan Guruh, selama ini perajin mainan anak-anak, baik itu terompet maupun wayang kertas dan sejenisnya menggunakan bahan baku limbah kertas karena harganya lebih murah. "Kami mengimbau perajin lebih berhati-hati dan selektif memilih bahan baku kerajinan," harap dia.
Di Solo, belasan anggota Laskar Umat Islam Surkarta (LUIS) memprotes beredarnya terompet yang terbuat dari kertas sampul Alquran. Itu disampaikan pada audiensi dengan Kasat Reskrim Kompol Saprodin dan Kasat Intelkam Kompol Giyono mewakili Kapolresta Solo Kombespol Ahmad Luthfi di Mapolresta Solo, Selasa (29/12).
”Kami meminta polisi bersikap tegas terhadap produsen terompet yang terindikasi sengaja melakukan penistaan agama,” tegas Ketua LUIS Edi Lukito.
Dia khawatir ada pihak-pihak tertentu yang sengaja memperkeruh suasana Tahun Baru dengan membuat produk seperti itu.
Menanggapi aspirasi tersebut, Saprodin meminta masyarakat tetap tenang dan menyerahkan semuanya ke polisi. ”Di Solo belum ada temuan. Kami minta masyarakat jangan main hakim sendiri,” pungkas Saprodin. (ren/kwl/din/wa)