F-WS HENDRO/RADAR MADIUN |
"Kami belum dapat menyimpulkan penyebabnya, tunggu hasil dari tim,’’ ujar Panglima Komando Operasi Udara II Marsekal Muda TNI Dody Trisunu usai prosesi pemakaman jenazah Marda Sarjono di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kota Madiun, kemarin (21/12).
Dody menyebut tim khusus itu hanya beranggotakan internal TNI AU. Sejauh ini penyelidikan belum melibatkan pihak luar termasuk perusahaan pembuat T-50i Golden Eagle di Korea Selatan. Pun, dia meminta masyarakat bersabar. Pasalnya, investigasi diperkirakan membutuhkan waktu cukup lama. ‘’Bisa tiga bulan, enam bulan, satu tahun, tergantung sulit tidaknya, " katanya.
Dia menuturkan, tim itu dibentuk bukan untuk mencari kesalahan atau pertanggungjawaban seseorang terkait peristiwa nahas tersebut. Melainkan hasil yang dibeber tim bakal dijadikan acuan agar peristiwa itu tidak kembali terulang. ‘’Hasilnya untuk evaluasi dan ada tidaknya unsur kelalaian, tapi bukan mencari siapa yang salah,’’ tegasnya.
Meski begitu, dia memastikan kondisi pesawat tempur ringan yang dipiloti Marda Sarjono tersebut laik terbang saat aksi akrobatik udara pada acara Gebyar Dirgantara di Lanud Adusutjipto Jogjakarta itu. ‘’Sudah dicek sehari sebelumnya. Kalau tidak laik, jelas tidak dirilis terbang,’’ katanya.
Diberitakan sebelumnya, Marda Sarjono gugur bersama Kapten Pnb Dwi Cahyadi usai pesawat pesawat T-50i Golden Eagle yang dipilotinya terjatuh di kawasan Lanud Adisutjipto Jogjakarta. Pesawat berada di ketinggian sekitar 500 feet sebelum insiden itu terjadi. Pesawat tersebut melakukan manuver loop kemudian terbang rendah. Pesawat diduga hilang kendali saat terjun menukik hingga terjatuh dan meledak. Yang memilukan, insiden itu terjadi di depan mata Dian Ambarwati, istri Marda, bersama ketiga buah hatinya.
Sementara itu, suasana haru mewarnai prosesi pemakaman jenazah Letkol Pnb Marda Sarjono di kompleks Taman Makam Pahlawan (TMP) Kota Madiun pagi kemarin (21/12). Dian Ambarwati, istri almarhum, tak kuasa menahan air mata sepanjang prosesi pemakaman sang suami. Didampingi Darumi, ibu mertuanya, perempuan 39 tahun itu sesekali menyentuh dadanya dengan tangan kanan sembari mengucap istighfar.
Rona kesedihan juga tergambar jelas di wajah Nabila Shafa Nur Aliiyah anak sulung almarhum. Gadis 12 tahun itu terus berurai air mata sambil memegang erat bingkai foto ayahnya. Yang mengharukan, usai prosesi pemakaman, keduanya bergantian mencium nisan mendiang Marda berulang kali.
Syafa tampak terpukul dan seakan enggan beranjak dari makam ayahnya, meski prosesi pemakaman telah usai. ‘’Sudah, Kakak (panggilan sehari-hari Shafa di rumah, Red) yang sabar, ya... Jangan bersedih, kasihan Papa,’’ bujuk Dian sambil mengusap-usap kepala Shafa.
Suasana duka juga terlihat di rumah dinas mendiang Marda Sarjono sebelum jenazah pria 40 tahun itu dimakamkan. Pun, raut wajah Komandan Lanud (Danlanud) Iswahjudi Marsma TNI Fachri Adamy tampak sedih dan merasa kehilangan. Beberapa kali dia menundukkan kepala menahan duka. ‘’Kehadiran kami di sini merupakan bentuk rasa hormat pada almarhum (Marda, Red),’’ ujar Fachry.
Suara Fachry pun terdengar bergetar saat menyampaikan sambutan menjelang jenazah Marda diberangkatkan menuju TMP Kota Madiun. ‘’Semoga keluarga diberikan keteguhan dan dikuatkan dalam menghadapi cobaan ini,’’ ucapnya di hadapan ratusan pelayat. (pra/ian/isd)