 |
| ADI PRASETYAWAN/RASO |
Miras palsu itu diracik di Dusun Dawung, Desa Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar dan telah digerebek polisi Selasa (24/11). Di lokasi, petugas mengamankan para peraciknya yaitu AR alias Kenthil, DS alias Tempe, NY alias Kucrit, SR alias Mbesur, dan SL alias Slamet sebagai pemilik rumah tempat meracik. Ikut disita sebanyak 278 botol Vodka berisi miras racikan, 68 Whisky, serta 549 botol Mansion House.
Kapolres Karanganyar AKBP Mahedi Surindra melalui Kasatreskrim AKP Andry Ilyas menjelaskan, AR mempekerjakan sebanyak empat temannya untuk meracik miras palsu.
Dia membeli botol bekas Vodka, Mansion dan Whiskey dari tempat pemulung barang bekas di Kota Solo. Sedangkan alkohol dan cairan perasa Vodka didapatkan dari toko bahan kimia di kota Solo.
Setelah bahan komplet, AR Cs mulai meraciknya dengan mengandalkan insting, alias perkiraan mereka sendiri. Sepintas, tampilan miras palsu ini mirip dengan aslinya. ”Tersangka memasarkan produknya ke sejumlah wilayah, salah satunya Jogjakarta,” jelas Andry saat gelar perkara di mapolres kemarin (2/12).
AR Cs diancam Pasal 142 UU No 12 Tahun 2012 tentang Pangan dengan hukuman dua tahun penjara dan denda Rp 4 Miliar. ”Tersanka tidak ditahan karena ancaman pidananya di bawah lima tahun,” tandas Kasat Reskrim.
Sejumlah kasus pemabuk tewas karena menenggak miras oplosan tak menjadikan peraciknya sadar diri. Sebab keuntungan yang mereka dapat menggiurkan.
Kasubag Humas Polres Karanganyar AKP Rochmat menjelaskan, miras palsu yang diproduksi AR CS sangat berbaya. Sebab miras dibuat ala kadarnya dengan mencampur alkohol murni 90 persen dengan air mineral dan cairan perasa.
Ilmu meracik miras plasu didapat AR saat menjadi pekerja di tempat pengoplosan miras di Solo. Untuk membuat miras oplosan sebanyak 12 liter, dia hanya mencapurkan 5 liter alkohol dan 7 liter air mineral isi ulang lalu ditambah aroma vodka secukupnya.
Sebanyak 12 liter miras palsu itu cukup untuk mengisi sebanyak 48 botol Vodka ukuran 250 mililiter. AR Cs hanya butuh biaya produksi Rp 350.000 namun omzetnya bisa mencapai Rp 5.500.000. ”Miras oplosan ini dijual seminggu sekali ke Jogjakarta,” pungkas Rochmat. (adi/wa)
