PURWOREJO--Tradisi dua tahunan masyarakat Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing kembali digelar, Selasa (1/12). Ribuan masyarakat tumpah ruah di sepanjang jalan desa yang berbatasan dengan wilayah Kecamatan Bagelen. Tradisi acara selamatan desa setiap bulan sapar yang lebih dikenal dengan nama Jolenan atau Saparan ini, memang menjadi daya tarik khusus bagi wilayah penghasil durian dan manggis ini.
Pantauan Ekspres, ribuan warga dan wisatawan membanjiri sejak pagi hari. Tidak hanya terkonsentrasi di halaman balai desa namun juga menjalar disepanjang rute kirab Jolen. Seperti setiap kali digelar, pesta rakyat itu bersumber dari dana swadaya masyarakat termasuk mereka warga Somongari yang berada di perantauan.
Kepala Desa Somongari Mistiyah, mengungkapkan, tidak banyak yang berubah dalam jolenan kali ini, sebagai bentuk upaya melestarikan budaya atau tradisi leluhur, kegiatan ini juga sebagai sombol bentuk syukur dan ucapan terimakasih warga kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah.
"Ini sebuah bentuk atau upaya kami sebagai generasi penerus untuk melestarikan budaya yang telah dilakukan oleh para leluhur. Sekaligus mempertegas bahwa desa Somongari sebagai desa wisata yang memiliki ikon Jonelan yang sudah terkenal dimana-mana," ungkapnya.
Ditambahkannya, warga Desa Somongari tersebar di lima dusun 23 rukun tetangga (RT). Yakni dusun Tileng, Krajan, Sawahan, Sijanur dan Dusun Dukuhrejo.
Setiap RT mengirimkan dua jolen, yang dibedakan menjadi jolen lanang dan wadon (Jolen laki-laki dan perempuan,red). Mistiyah menuturkan, Jolen berasal dari kata "Ojo Klalen" dalam bahasa Indonesa memiliki atri "jangan lupa" terhadap tradisi warisan leluhur.
Secara fisik, jolen berbentuk piramida anyaman janur dan berisi tumpeng, ayam panggang, dan berbahai hasil bumi lainnya. Sementara di bagian luar, Jolen dihias dengan beraneka ragam hasil hutan seperti buah Durian, Manggis dan Kokosan.
Dan yang tidak pernah ketinggalan yakni kerupuk opak berbentuk bungan manggis dan durian yang ditancapkan memutar dan akan menjadi target rayahan warga. "Total jolen yang dikirab kali ini sebanyak 45 buah, setiap jolen rata-rata dananya mencapai Rp 400 - Rp 500 ribu," tuturnya.
Kirab jolen dimulai sekitar pukul 10.00, diarak mulai dari makam Kedono-Kedini (leluhur Desa Somongari,red) hingga batas desa dengan jarak kurang lebih 6 kilometer. Jolen juga diperebutkan warga sepanjang rute perjalanan, kecuali jolen yang sudah dinilai dan dinobatkan menjadi pemenang atau juara.
Tidak hanya buah dan kerupuk opak yang dirayah, warga juga mengincar bambu dan janur jolen yang dipercaya mampu menyuburkan tanaman, jika ditanam di sawah atau diikatkan ke pohon buah-buahan.
Namun warga tidak berani merebutkan isi jolen seperti pisang raja atau ambon, tumpeng, sayur, tiga buah ayam panggang, dan olahan hasil bumi lainnya. Warga yang menginginkan isi Jolen harus sabar menunggu hingga prosesi kirab jolen selesai, mereka baru bisa menikmati isi jolen akan dalam kenduri akbar di balai desa setempat.
Berjalan dalam iring-iringan, jolen laki-laki dan perempuan berayun diatas pundak dua warga yang mengusungnya. Jolen perempuan ditandai dengan buah durian berpita di atas piramida Jolen, sementara yang laki-laki biasanya berupa buah durian yang mengenakan blangkon atau caping.(baj)
Pantauan Ekspres, ribuan warga dan wisatawan membanjiri sejak pagi hari. Tidak hanya terkonsentrasi di halaman balai desa namun juga menjalar disepanjang rute kirab Jolen. Seperti setiap kali digelar, pesta rakyat itu bersumber dari dana swadaya masyarakat termasuk mereka warga Somongari yang berada di perantauan.
Kepala Desa Somongari Mistiyah, mengungkapkan, tidak banyak yang berubah dalam jolenan kali ini, sebagai bentuk upaya melestarikan budaya atau tradisi leluhur, kegiatan ini juga sebagai sombol bentuk syukur dan ucapan terimakasih warga kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah.
"Ini sebuah bentuk atau upaya kami sebagai generasi penerus untuk melestarikan budaya yang telah dilakukan oleh para leluhur. Sekaligus mempertegas bahwa desa Somongari sebagai desa wisata yang memiliki ikon Jonelan yang sudah terkenal dimana-mana," ungkapnya.
Ditambahkannya, warga Desa Somongari tersebar di lima dusun 23 rukun tetangga (RT). Yakni dusun Tileng, Krajan, Sawahan, Sijanur dan Dusun Dukuhrejo.
Setiap RT mengirimkan dua jolen, yang dibedakan menjadi jolen lanang dan wadon (Jolen laki-laki dan perempuan,red). Mistiyah menuturkan, Jolen berasal dari kata "Ojo Klalen" dalam bahasa Indonesa memiliki atri "jangan lupa" terhadap tradisi warisan leluhur.
Secara fisik, jolen berbentuk piramida anyaman janur dan berisi tumpeng, ayam panggang, dan berbahai hasil bumi lainnya. Sementara di bagian luar, Jolen dihias dengan beraneka ragam hasil hutan seperti buah Durian, Manggis dan Kokosan.
Dan yang tidak pernah ketinggalan yakni kerupuk opak berbentuk bungan manggis dan durian yang ditancapkan memutar dan akan menjadi target rayahan warga. "Total jolen yang dikirab kali ini sebanyak 45 buah, setiap jolen rata-rata dananya mencapai Rp 400 - Rp 500 ribu," tuturnya.
Kirab jolen dimulai sekitar pukul 10.00, diarak mulai dari makam Kedono-Kedini (leluhur Desa Somongari,red) hingga batas desa dengan jarak kurang lebih 6 kilometer. Jolen juga diperebutkan warga sepanjang rute perjalanan, kecuali jolen yang sudah dinilai dan dinobatkan menjadi pemenang atau juara.
Tidak hanya buah dan kerupuk opak yang dirayah, warga juga mengincar bambu dan janur jolen yang dipercaya mampu menyuburkan tanaman, jika ditanam di sawah atau diikatkan ke pohon buah-buahan.
Namun warga tidak berani merebutkan isi jolen seperti pisang raja atau ambon, tumpeng, sayur, tiga buah ayam panggang, dan olahan hasil bumi lainnya. Warga yang menginginkan isi Jolen harus sabar menunggu hingga prosesi kirab jolen selesai, mereka baru bisa menikmati isi jolen akan dalam kenduri akbar di balai desa setempat.
Berjalan dalam iring-iringan, jolen laki-laki dan perempuan berayun diatas pundak dua warga yang mengusungnya. Jolen perempuan ditandai dengan buah durian berpita di atas piramida Jolen, sementara yang laki-laki biasanya berupa buah durian yang mengenakan blangkon atau caping.(baj)