SETIAKY A. KUSUMA/RADAR JOGJA |
JOGJA - Meski KGPAA PA X sudah jumeneng 7 Januari lalu, Kadipaten Pakualaman belum berencana melakukan perombakan pemegang struktur kawedanan maupun lembaga di bawahnya. Kemungkinan hanya posisi KGPAA PA IX atau KPH Anglingkusumo sebagai Penghageng Babadan Musuem Puro Pakualaman yang akan diganti.
Di Puro Pakualaman sendiri, terdapat empat kawedanan atau setingkat kementerian yakni budaya lan pariwsata, kabudayan adat, kaputran adat, dan kaprajan. Masing-masing kawedanan memiliki beberapa babadan atau urusan.
”Yang dulu kan belum ada perubahan, struktur baru mau diubah,” ujar Penghageng Urusan Pambudaya Puro Pakualaman KPH Kusumo Parastho saat ditemui di DPRD DIJ di sela Pengajian dan Doa Bersama untuk almarhum PA IX, kemarin (12/1).
Menurutnya, rata-rata di keraton jabatan seumur hidup. Penghageng saat ini juga merupakan peninggalan PA IX. ”Kalau sudah tilar donyo baru diganti,” ungkapnya.
Kusumo menambahkan, dalam tradisi kerajaan termasuk di Puro Pakualaman, orang-orang yang menempati posisi adalah orang yang dekat dengan raja. ”Biasanya kalau raja yang jadi, maka sedulur-dulurnya yang jadi (pengisi jabatan puro),” ungkapnya.
Dijelaskan, kemungkinan penghageng yang akan terkena reshuffle adalah KPH Anglingkusumo yang sampai saat ini masih tercatat sebagai Penghageng Babadan Museum Puro Pakualaman. Puro Pakualaman juga belum menawari KPH Anglingkusumo menduduki posisi tertentu.
”Kalau sikapnya begini (menolak) kan kangelan. Kalau tidak setuju (dengan PA X) kan diajak yo angel. Kita belum tahu siapa yang menggantikannya. Saya belum tahu kebijakannya nanti,” paparnya.
Ketika ditanyakan peran dua putra PA X, Kusumo mengatakan, saat ini memasuki fase mempelajari. Bisa jadi akan dititipkan ke bagian-bagian tertentu. Kusumo juga mengatakan, kebiasaan sebelumnya putra Adipati diminta untuk keluar Kadipaten dulu untuk lebih mengenal dan srawung dengan masyarakat. Hal itu dulu yang juga dilakukan mendiang PA IX dan PA X. ”Kan tidak sekonyong-konyong jadi (penghageng),” ujarnya.
Sementara itu, kemarin di serambi Masjid DPRD DIJ digelar Pengajian dan Doa Bersama untuk almarhum PA IX. Serta syukuran atas jumeneng dalem PA X yang digelar oleh komunitas di Malioboro. Dalam kesempatan tersebut juga diluncurkan perpustakaan Pustaka Warga yang didedikasikan untuk PA IX. Total disiapkan koleksi hingga 700 buku.
”Perpustakaan bisa dimanfaatkan oleh jamaah masjid dan warga masyarakat yang datang ke Masjid Malioboro untuk ibadah maupun melepas lelah,” jelas Ketua Presidium Paguyuban Kawasan Malioboro Sujarwo Putra. (pra/ila)