IMAM/EKSPRES |
Salah satu pembudidaya lebah Klanceng adalah Rahmat Satibi. Pemuda umur 32 tahun ini mulai berusaha menangkarkan lebah Klanceng. Meski produktifitasnya rendah namun klanceng dinilai tetap punya potensi jika dikelola secara intensif.
Rahmat warga Desa Pandanlor Kecamatan Klirong tersebut sudah satu tahun ini berusaha “merumahkan” lebah Klanceng. Menurutnya, selama ini masyarakat tidak melirik budidaya lebah trugona. Alasannya produktifitas madunya sangat sedikit. “Klanceng memang sangat sedikit madunya, namun jika kita mempunyai banyak kotak, tentu hasil madunya juga banyak,” tuturnya kepada kebumenekspres.com, Minggu (3/1/2016).
Dijelaskannya, teknik pemindahan lebah klanceng sangat mudah. Sarang klenceng terbagi menjadi dua bagian yaitu madu dan tempat anak. Maka jika mau memindah cukup mengambil semua tempat anak klanceng dan tempat madunya. “Biasanya dengan demikian maka lebah akan berpindah,” katanya.
Menurutnya, memperbanyak pemacahan koloni klanceng juga sangat mudah dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memperbanyak koloni lebah. Caranya, hampir sama dengan memindah, hanya saja jika memecah koloni hanya mengambil sebagian dari jumlah anak dan jumlah madu. “Jika sudah dipecah maka kedua kotak tersebut akan sama-sama terisi koloni lebah klanceng,” paparnya.
Target budidaya lebah trigona memang bukan madu, melainkan propolis (liur lebah). Lebah klanceng dikenal dengan lebah penghasil propolis tinggi. Propolis tersebut digunakan oleh lebah klenceng untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Setiap lubang yang ada di kotak sarang akan ditutup dengan getah dan propolis. “Sayangnya hingga saat ini saya sendiri belum tahu cara memisah getah dan propolisnya. Kendati produktifitasnya madunya redah, namun madu klanceng adalah madu termahal,” ucapnya. (mam)