 |
| ilustrasi |
Koordinator Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) DIJ Joko Budiono menjelaskan, fenomena turunnya hujan es di beberapa wilayah di bagian utara Jogja masih tergolong normal. Hal itu mengingat akan masuknya puncak musim hujan.
Joko menjelaskan, penyebab hujan es karena adanya awan Cumulonimbus (CB). BMKG mendeteksi di utara memang ada gugusan CB yang menyebabkan hujan es. ”Selain hujan es, awan tersebut juga menghasilkan petir, kilat, dan angin kencang,” katanya kepada Radar Jogja, Senin (25/1).
Joko menjelaskan, saat ini telah masuk akhir dasarian keempat. Dia memprediksi hingga pertengahan Februari akan jadi puncak musim hujan. Hal itu ditandai dengan pertumbuhan awan yang besar. ”Puncaknya tentu intensitas hujan akan besar, curah hujan lebih banyak,” paparnya.
Mengenai fenomena hujan es, katanya, bisa terjadi dimana saja. Setiap daerah ada peluang munculnya turunnya hujan es selama ada awan CB. ”Itu normal saja, karena awan CB puncaknya sudah minus dan terbuat dari es yang sewaktu-waktu bisa turun,” terangnya.
Turunnya hujam es terjadi karena kilat dan petir yang dapat mementalkan es. Juga bisa karena turbulensi atau pergolakan angin di dalam awan CB. ”Maka mementalkan es di puncak awan. Normal saja, bisa dimana saja tergantung awannya,” tandasnya.
Selanjutnya, dia mengimbau masyarakat mengantisipasi menghadapi hujan yang sangat kuat, seperti sudah dirasakan dua hari terakhir. Menurutnya, warga perlu mewaspadai angin kencang di daerah yang banyak pohon tinggi. Juga di wilayah dekat sungai saat lonjakan air perlu diwaspadai. ”Di samping menjaga kesehatan, sebab selain udara dingin di sore hari juga kadang udara panas di siang hari,” pungkasnya. (riz/ila)
