ARIEF BUDIMAN/RASO |
Unjuk kebolehan mereka cukup memukau sebagai hiburan masyarakat sekitar. Mereka menampilkan beberapa jenis kesenian, seperti tari, music, dan film. Sesuai dengan nama festival tersebut, karya seni yang ditampilkan juga bertema hujan.
Ketua Pelaksana IRF 2016 Nuri Aryati mengatakan, festival tersebut merupakan ajakan kepada masyarakat untuk bersyukur atas hujan sebagai nikmat Tuhan. ”Selain pertunjukkan seni, IRF 2016 juga akan mengedukasi warga agar bisa memanfaatkan hujan untuk minum. Ada juga workshop tentang biopori,” paparnya.
Salah satu perwakilan dari Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Jamaloge, 30, mengungkapkan, dia mempersembahkan Tari Pekat bersama dengan dua kawannya Mingggu malam (10/1). Dikemas dengan unik, sebab tarian ini disajikan di kandang kerbau.
Jamaloge mengatakan, Tari Pekat mengandung pesan mendalam mengenai lingkungan. Menggabungkan dua gerak dasar, yakni membumi dan melayang, Tari Pekat mengkritisi tentang kebakaran hutan yang terjadi di wilayah asal penari, Kaltim. ”Kebakaran hutan sulit dipadamkan karena tidak adanya hujan,” katanya.
Jamaloge juga berharap pemerintah mengusut tuntas kasus kebakaran hutan. ”Selama kurang lebih tiga bulan kami merasakan asap. Melalui tarian yang juga akan diwarnai sastra ini kami ingin menyampaikan supaya kejadian masa lalu tidak terulang lagi. Hukum jangan tajam ke bawah tapi tumpul keatas,” tandas dia. (din/un)