KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Para petani di Kebumen mulai terganggu dalam mengolah lahan. Hal ini terjadi menyusul curah hujan yang rendah di awal tahun ini. Selain itu juga diperparah dengan aliran irigasi dari Waduk Wadaslintang yang tidak maksimal. Jika kondisi ini berlanjut, bisa mengakibatkan sebagian petani di bagian hilir terancam gagal tanam.
Kepala Bidang Irigasi pada Dinas Sumberdaya Air Energi Sumberdaya Mineral (SDA-ESDM) Muchtarom, menyatakan tidak maksimalnya aliran irigasi dari Waduk Wadaslintang disebabkan oleh kerusakan pintu holocone (katup udara) Waduk Wadaslintang.
Sehingga air yang mengalir hanya berasal dari dua turbin PLTA yang masing-masing dengan debit 9 m3/detik. "Artinya, saat ini debit air yang dikaluarkan dari Waduk Wadaslintang sebesar 18 m3/detik. Padahal dalam kondisi normal aliran dari Waduk Wadaslintang bisa mencapai 25-26 m3/detik," ujar Muchtarom kemarin (6/1/2016)
Hingga saat ini, kata dia, masih dalam perbaikan, tapi pihaknya masih belum dapat memastikan persoalan tersebut diselesaikan. "Karena peralatan masih pesan lebih dulu lantaran produk impor," ujarnya.
Menurut Muchtarom, cadangan air di Waduk Wadaslintang sebenarnya cukup memadai untuk musim tanam I. Volume efektif waduk mencapai 197,933 juta m3 dengen elevasi 164,78 mdpl. Begitu juga dengan Waduk Sempor, volume efektif mencapai 30,389 juta m3 dengan elevasi 68,74 mdpl. Sedangkan, untuk Waduk Sempor sudah dialirkan sejak 16 Desember lalu dengan debit 5 m3/detik. "Rendahnya curah hujan di awal tahun ini memang di luar prediksi," ucapnya.
Ia berharap curah hujan meningkat agar para realisasi tanam bisa mencapai 100 persen. Sebab, jika hujan tidak kunjung turun dia khawatir kejadian tahun 2007 akan terulang. Saat itu, sistem irigasi Sempor dari luas area baku 6,478 hektare, realisasi tanam hanya 5.694 hektare atau 87 persen.
Begitu pula sistem irigasi Wadaslintang, dari luas area baku 21.402 hektare, realisasi tanam baru 24.416 hektare atau 86 persen. "Kami berharap curah hujan bisa bertambah dan petani di wilayah hilir bisa memulai tanam," ujarnya.
Sementara itu, Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap memprediksi curah hujan untuk wilayah Jateng selatan pada bulan Januari diprakirakan berlangsung normal, yakni berkisar 300-400 milimeter.
Meski demikian, Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan dalam satu hari atau dalam hitungan jam ada daerah yang diguyur hujan lebat dengan curah di atas 50 militer.
Sehingga warga Jateng selatan yang bermukim di daerah rawan longsor dan banjir diimbau untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana tersebut. Sementara itu curah hujan Bulan Desember diketahui dibawah normal yakni hanya mencapai 399,2 milimeter.
"Berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan kondisi di bawah normal di Bulan Desember sesuai prakiraan awal karena hanya mencapai 399,2 milimeter. Dalam kondisi normal, curah hujan pada bulan Desember bisa mencapai 500 milimeter," katanya.(ori)
Kepala Bidang Irigasi pada Dinas Sumberdaya Air Energi Sumberdaya Mineral (SDA-ESDM) Muchtarom, menyatakan tidak maksimalnya aliran irigasi dari Waduk Wadaslintang disebabkan oleh kerusakan pintu holocone (katup udara) Waduk Wadaslintang.
Sehingga air yang mengalir hanya berasal dari dua turbin PLTA yang masing-masing dengan debit 9 m3/detik. "Artinya, saat ini debit air yang dikaluarkan dari Waduk Wadaslintang sebesar 18 m3/detik. Padahal dalam kondisi normal aliran dari Waduk Wadaslintang bisa mencapai 25-26 m3/detik," ujar Muchtarom kemarin (6/1/2016)
Hingga saat ini, kata dia, masih dalam perbaikan, tapi pihaknya masih belum dapat memastikan persoalan tersebut diselesaikan. "Karena peralatan masih pesan lebih dulu lantaran produk impor," ujarnya.
Menurut Muchtarom, cadangan air di Waduk Wadaslintang sebenarnya cukup memadai untuk musim tanam I. Volume efektif waduk mencapai 197,933 juta m3 dengen elevasi 164,78 mdpl. Begitu juga dengan Waduk Sempor, volume efektif mencapai 30,389 juta m3 dengan elevasi 68,74 mdpl. Sedangkan, untuk Waduk Sempor sudah dialirkan sejak 16 Desember lalu dengan debit 5 m3/detik. "Rendahnya curah hujan di awal tahun ini memang di luar prediksi," ucapnya.
Ia berharap curah hujan meningkat agar para realisasi tanam bisa mencapai 100 persen. Sebab, jika hujan tidak kunjung turun dia khawatir kejadian tahun 2007 akan terulang. Saat itu, sistem irigasi Sempor dari luas area baku 6,478 hektare, realisasi tanam hanya 5.694 hektare atau 87 persen.
Begitu pula sistem irigasi Wadaslintang, dari luas area baku 21.402 hektare, realisasi tanam baru 24.416 hektare atau 86 persen. "Kami berharap curah hujan bisa bertambah dan petani di wilayah hilir bisa memulai tanam," ujarnya.
Sementara itu, Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap memprediksi curah hujan untuk wilayah Jateng selatan pada bulan Januari diprakirakan berlangsung normal, yakni berkisar 300-400 milimeter.
Meski demikian, Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan dalam satu hari atau dalam hitungan jam ada daerah yang diguyur hujan lebat dengan curah di atas 50 militer.
Sehingga warga Jateng selatan yang bermukim di daerah rawan longsor dan banjir diimbau untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana tersebut. Sementara itu curah hujan Bulan Desember diketahui dibawah normal yakni hanya mencapai 399,2 milimeter.
"Berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan kondisi di bawah normal di Bulan Desember sesuai prakiraan awal karena hanya mencapai 399,2 milimeter. Dalam kondisi normal, curah hujan pada bulan Desember bisa mencapai 500 milimeter," katanya.(ori)