gung/ekspres |
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purworejo, Nurudin menyampaikan hal itu saat Mujahadah dan Pembinaan dalam rangka Hari Amal Bakti Kementerian Agama ke-70 di halaman kantor setempat, kemarin. Hadir dalama kegiatan itu, seluruh pejabat Kankemenag Purworejo, Kepala KUA se-Purworejo, dan seluruh penyuluh agama Islam.
"Anak SMA dan SMK kini sekolah mulai pagi hingga sore hari. Kami khawatir mereka tidak punya waktu untuk belajar agama Islam. Untuk itu, para penyuluh diminta menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut," katanya.
Menurut dia, penyuluh harus bersemangat mengajak generasi muda untuk belajar agama sebagai modal kelak saat dewasa. Adapun jadwal belajarnya bisa disesuaikan. "Misalnya, yang biasanya mengaji sore hari, kini harus dipindah waktu menjadi sore hari atau sesudah shalat subuh. Yang penting anak-anak tetap bisa mengaji," ujarnya.
Dia mengemukakan, jika hal itu tidak dilakukan, maka generasi muda akan semakin jauh dari agama. Hal itu berdampak pada turunnya kualitas moral mereka. "Kalau anak-anak sudah jauh dari agama, bisa rusak bangsa ini," katanya.
Sementara itu, Ketua Pokja Penyuluh Kantor Kementerian Agama Purworejo, Zulfah Kirom mengatakan, kinerja para penyuluh agama Islam perlu terus ditingkatkan sesuai dengan aturan yang berlaku. Penyuluh juga diminta menjaga profesionalitas dalam melakukan pendampingan masyarakat.
Dia menjelaskan, di Purworejo terdapat 13 penyuluh PNS dan 351 penyuluh non-PNS. Jumlah tersebut masih jauh dari kebutuhan yang ada. "Idealnya, setiap desa memiliki satu penyuluh, sehingga Purworejo membutuhkan lebih dari 400 desa. Namun, kuota yang ditentukan dari Pemprov Jawa Tengah hanya 351.
Dia mengatakan, program penyuluh yang sedang berjalan saat ini yakni pendampingan mustahik zakat produktif dari Provinsi Jawa Tengah di lima kelompok yang tersebar di lima kecamatan yakni, Kecamatan Kutoarjo, Loano, Bayan, Gebang, dan Purworejo. "Bantuan yang diberikan berupa kambing dan lele," katanya. (baj)