IMAM/EKSPRES |
Nasiroh (11), Mely (7) dan Agus Widodo (5) tewas tenggelam saat mandi di Kedung Batursemigit yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya, Jumat (8/1) lalu. Kejadian berawal saat kedua orang tua ketiganya, pasangan suami istri (pasutri) Muhlasin (40) bersama istrinya Ismawati (37) pergi ke sawah. Seperti biasa saat pasangan suami istri tersebut pergi kesawah maka anak-anaknya akan diasuh oleh anak sulungnya yang bernama Fajar Alip (13).
Namun hari itu berbeda dari biasanya, Fajar yang biasanya mengasuh adik-adiknya justru malah menyusul orang tuanya ke sawah sekitar pukul 13.00 WIB. Sekitar pukul 16.00 Fajar Alip dan orang tuanya pulang ke rumah. Sampai di rumah mereka sama sekali tidak mendapati ketiga korban. Muhlasin pun mencari anak-anaknya ke rumah orang tuanya Kyai Hanif yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya.
Namun sesampainya di rumah orang tuanya, Muhlasin tidak juga menemukan anak-anaknya. Mengetahui hal itu Muhlasin pun mencari anaknya di sungai sekitar Kedung Batursemigit. Pasalnya mereka biasa mandi di area sungai tersebut. “Biasanya mereka mandi di sebelah atas, namun kerena tidak menemukan juga akhirnya Muhlasin menyusuri sungai tersebut,” tutur Kepala Desa Soka Fatkhul Mubin.
Dijelaskannya, saat menyusuri sungai, Muhlasin bersama Fajar Alip kemudian melihat jasad Mely yang sudah mengapung. Seketika itu, Muhlasin pun mencebur ke dalam Kedung. Upaya pencariannya menemui hasil. Muhlasin menemukan dua anaknya yang lain namun sudah dalam keadaan meninggal.
Musibah itupun membuat keluarga petani itu tak dapat menahan sedih. Ismawati bahkan berkali-kali pingsan saat melihat ketiga anaknya. Sementara, Muhlasin tertunduk tak dapat menahan duka mendalam. .
Fatkhul Mubin menambahkan, lokasi Batursemigit menang diterkenal angker oleh masyarakat setempat. Sekitar empat tahun yang lalu, warga sekitar yang bekerja sebagai tukang batu, pernah mengambil batu di lokasi tersebut.
Hal itu dilakukan karena batu di bagian atas telah habis. Meski sudah diperingatkan oleh warga lainnya namun dia tetap nekat. “Akhirnya saat handak menunaikan sholat subuh pemecah batu tersebut tersandung, jatuh dan tewas di rumah sakit. Hingga kini meskipun musim kemarau kedung tersebut tetap ada airnya, namun warga tidak ada yang berani mengambil airnya,” ucapnya. (mam)