AKBP Andy Rifai |
Sebelum bertugas sebagai Kapolres Sukoharjo, AKBP Andy Rifai telah banyak mengenyam pengalaman di wilayah konflik. Perjalanan dia sebagai seorang anggota Brimob telah memberikan banyak pelajaran tentang kehidupan. Seperti apa sosoknya?
RYANTONO PS, Sukoharjo
AKBP Andy Rifai sudah terbiasa hidup disiplin. Kebiasannya itu merupakan buah didikan dari sang ayah yang dulunya anggota TNI di Magelang. Sejak kecil AKBP Andy sudah terbiasa untuk memanfaatkan waktu dengan baik. Cita-citanya sewaktu kecil adalah menjadi seorang TNI. Namun, lantaran belum beruntung, dia akhirnya mengambil jalur tersebut dengan mencoba menjadi seorang polisi.
“Orang tua saya anggota TNI, makanya saya dibesarkan dengan disiplin tinggi ala militer. Meski awalnya saya bercita-cita jadi prajurit TNI, tapi takdir akhirnya membawa saya jadi polisi. Dimanapun bertugas sama saja, yang penting bisa mengabdi ke masyarakat,” ujar pria kelahiran 4 Agustus 1975 ini.
AKBP Andy Rifai masuk di Akademi Kepolisian (Akpol) pada 1997. Usai menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang, dia kemudian ditugaskan di Korps Brimob di Jakarta selama delapan tahun. Setelah itu, dia ditugaskan menjadi Komandan Kompi (Danki) Brimob Grogol, Sukoharjo pada 2006-2007. Karirnya terus melejit saat dia dipromosikan menjadi Kasiops Sat Brimob Polda Jateng. Tidak erhenti sampai di situ, pada 2014, dia akhirnya diberi mandate untuk menjabat Kapolres Sukoharjo.
Dari semua pengalamannya, paling berkesan adalah ketika dia bertugas di Aceh pada 2000. Saat itu, dia dan anggotanya betemu dengan anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Sontak terjadilah kontak senjata. Posisi AKBP Andy saat itu berada di garda paling depan. Sementara anggotanya di belakangnya.
Di tengah aksi tembak menembak, dia sempat dilempari granat oleh musuh. Beruntung saat itu, dia berhasil menghindar dari maut. ”Granat itu buatan Korea dan jatuh hanya satu langkah dari posisi saya. Ketika jatuh itu, anggota saya berteriak kepada saya memperingati adanya granat tersebut,” papar dia.
Mendengar peringatan dari anggotanya tersebut, Andy lalu melompat dan bom granat tersebut meledak. Akibatnya, empat anggotanya terluka karena leakan granat tersebut. Sementara dia hanya mendapat luka lecet. ”Saat itu saya benar-benar merasakan kuasa Tuhan,” papar dia.
Berkat peristiwa itu, dia makin dekat dengan para anggotanya. Bahkan, sampai saat ini dia masih menjalin komunikasi dengan semua anggotanya yang pernah bertugas dengannya. Baginya anggota adalah keluarga. Hal yang sama juga dia terapkan di Polres Sukoharjo. Dia menganggap semua anggotanya adalah keluarga. ”Saya bisa seperti sekarang ini juga karena ada anggota sekecil apapun pangkatnya,” pungkasnya. (*)