BOYOLALI – Aksi teror berdarah di Sarinah, Thamrin, Jakarta, memantik reaksi seluruh lapisan masyarakat. Tak terkecuali Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Boyolali. Ketua PDM Boyolali Demisioner Ali Muhson menilai tindakan tersebut brutal dan ditunjukan untuk menciptakan ketakutan di tengah masyarakat.
Hal ini diungkapkan saat Musyawarah Daerah (Musda) PDM Boyolali yang digelar di SMK 4 Muhammadiyah Boyolali, kemarin (16/1). Menurut dia, tak ada dalil agama yang membenarkan aksi bunuh diri yang disebut pengantin itu untuk membunuh orang lain.
”Muhammadiyah mengecam dan sangat prihatin tindakan teror yang terjadi di Sarinah. Tindakan tersebut tidak lain menunjukkan kebrutalan, kekerasan juga bisa menyebarluaskan ketakutan di kalangan masyarakat,” ujarnya.
Oleh karena itu, siapa pun pelakunya dan apa pun motifnya, tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan. Dia meminta kepada pihak berwajib untuk mengusut tuntas peristiwa ini hingga ke akarnya. ”Teror itu jelas tidak dibenarkan dan merupakan perbuatan yang merugikan hajat hidup manusia dan kemanusiaan,” kata Ali.
Sementara itu, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jateng Musman Tholib mengatakan, Muhammadiyah memiliki peran dalam perjuangan negara Indonesia. Untuk itu, kelompok masyarakat yang mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) perlu dibasmi dari Indonesia. Karena tak sesuai dengan ideologi bangsa dan negara. ”Kami terus bentengi warga Muhammadiyah untuk tidak ikut-ikutan dalam kegiatan radikalisme yang mengatasnamakan agama untuk menghancurkan negara,” tandanya.
Sementara itu, Musda PDM Boyolali ini untuk menentukan pengurus periode 2015-2020. Selain itu juga menekankan kepada anggota untuk bersama-sama membangun Boyolali berkemajuan, melalui gerakan pencerahan.
Musda Muhammadiyah Mukhtamar ke-47 Makasar ini berbeda dengan musda tahun sebelumnya. Karena tak hanya untuk PDM saja, melainkan badan otonom Muhammadiyah lainnya ikut dilibatkan. Yakni Aisyiah, Pengurus Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM), Pengurus Daerah Nasyiatul Aisyiah (PDNA), dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
Sekertaris Panitia Penyelenggara Musda Muhammadiyah Boyolali Suwanto mengungkapkan, sejumlah acara pokok digelar dalam musda ini. Di antaranya konsolidasi organisasi, evaluasi program kerja, penyusunan program kerja, serta memilih 13 anggota PDM masa bhakti 2015-2020.
Musda ini ditargetkan menghasilkan program kerja 2015-2020, seperti konsolidasi ideologis, kelembagaan, peningkatan kualitas pimpinan, dan pengembangan ekonomi. ”Ke depan dibutuhkan pemimpin Muhammadiyah yang dapat mengakomodir seluruh gerakan yang mampu membawa Boyolali yang berkemajuan,” terangnya. Suwanto mengatakan, rangkaian kegiatan dalam musda Boyolali ini sudah dimulai sejak pekan lalu. Dengan pawai ta’aruf, olimpiade siswa, dan bakti sosial yang ditujukan. (wid/un)
Hal ini diungkapkan saat Musyawarah Daerah (Musda) PDM Boyolali yang digelar di SMK 4 Muhammadiyah Boyolali, kemarin (16/1). Menurut dia, tak ada dalil agama yang membenarkan aksi bunuh diri yang disebut pengantin itu untuk membunuh orang lain.
”Muhammadiyah mengecam dan sangat prihatin tindakan teror yang terjadi di Sarinah. Tindakan tersebut tidak lain menunjukkan kebrutalan, kekerasan juga bisa menyebarluaskan ketakutan di kalangan masyarakat,” ujarnya.
Oleh karena itu, siapa pun pelakunya dan apa pun motifnya, tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan. Dia meminta kepada pihak berwajib untuk mengusut tuntas peristiwa ini hingga ke akarnya. ”Teror itu jelas tidak dibenarkan dan merupakan perbuatan yang merugikan hajat hidup manusia dan kemanusiaan,” kata Ali.
Sementara itu, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jateng Musman Tholib mengatakan, Muhammadiyah memiliki peran dalam perjuangan negara Indonesia. Untuk itu, kelompok masyarakat yang mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) perlu dibasmi dari Indonesia. Karena tak sesuai dengan ideologi bangsa dan negara. ”Kami terus bentengi warga Muhammadiyah untuk tidak ikut-ikutan dalam kegiatan radikalisme yang mengatasnamakan agama untuk menghancurkan negara,” tandanya.
Sementara itu, Musda PDM Boyolali ini untuk menentukan pengurus periode 2015-2020. Selain itu juga menekankan kepada anggota untuk bersama-sama membangun Boyolali berkemajuan, melalui gerakan pencerahan.
Musda Muhammadiyah Mukhtamar ke-47 Makasar ini berbeda dengan musda tahun sebelumnya. Karena tak hanya untuk PDM saja, melainkan badan otonom Muhammadiyah lainnya ikut dilibatkan. Yakni Aisyiah, Pengurus Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM), Pengurus Daerah Nasyiatul Aisyiah (PDNA), dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
Sekertaris Panitia Penyelenggara Musda Muhammadiyah Boyolali Suwanto mengungkapkan, sejumlah acara pokok digelar dalam musda ini. Di antaranya konsolidasi organisasi, evaluasi program kerja, penyusunan program kerja, serta memilih 13 anggota PDM masa bhakti 2015-2020.
Musda ini ditargetkan menghasilkan program kerja 2015-2020, seperti konsolidasi ideologis, kelembagaan, peningkatan kualitas pimpinan, dan pengembangan ekonomi. ”Ke depan dibutuhkan pemimpin Muhammadiyah yang dapat mengakomodir seluruh gerakan yang mampu membawa Boyolali yang berkemajuan,” terangnya. Suwanto mengatakan, rangkaian kegiatan dalam musda Boyolali ini sudah dimulai sejak pekan lalu. Dengan pawai ta’aruf, olimpiade siswa, dan bakti sosial yang ditujukan. (wid/un)