KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Lebah Trigona atau yang lebih dikenal oleh masyarakat Kebumen dengan sebutan Tawon Klanceng, ternyata dilirik untuk dibudidayakan. Lebah yang tidak mempunyai sengat ini tidak hanya dilirik oleh masyarakat saja, melainkan juga dilirik oleh Dinas Kehutanan Kebumen.
Selama ini, keberadaan lebah klanceng dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Lebah ini kerap dijumpai dilubang pohon, bambu maupun lubang-lubang yang ada dirumah. Lebah kelanceng banyak berkembang diwilayah pesisir selatan. “Dalam waktu dekat Dinas Kehutanan akan melakukan pelatihan budidaya lebah klanceng,” tutur Niken satu staff Dinas Kehutanan, Kamis (18/2/2016).
Menurutnya, sebetulnya selama ini beberapa masyarakat Kebumen sudah tertarik untuk membudidayakannya. Namun karena produktifitas madunya rendah maka banyak yang kemudian berhenti. Padahal jika jumlah koloninya banyak tentu lebah ini juga akan menghasilkan madu banyak.
Lebah trigona juga dapat dibudidaya dengan menggunakan sarang modern. Sarang tersebut berupa kotak berbahan kayu. Hal ini telah dilakukan oleh salah satu peternak lebah klanceng Rahmat Satibi warga Desa Pandanlor Kecamatan Klirong. Dia sudah satu tahun ini berusaha “merumahkan” lebah Klanceng. Lebih lanjut Rahmat menjelaskan jika, selama ini masyarakat memang tidak melirik dengan budidaya lebah trigona. Alasannya produktifitas madunya sangat sedikit. Padahal sebenarnya target datri budidaya lebah trigona memang bukan madunya, melainkan propolis (air liur lebah).
Lebah klanceng dikenal dengan lebah penghasil propolis tertinggi diantara jenis lebah lainnya. Propolis tersebut digunakan oleh lebah klanceng untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Sehingga setiap lubang yang ada di dalam kotak sarang, akan ditutup dengan getah dan propolis. “Sayangnya hingga saat ini saya sendiri belum tahu cara memisah getah dan propolisnya. Kendati produktifitasnya madunya redah, namun madu klanceng adalah madu termahal,” ucapnya. (mam)
Selama ini, keberadaan lebah klanceng dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Lebah ini kerap dijumpai dilubang pohon, bambu maupun lubang-lubang yang ada dirumah. Lebah kelanceng banyak berkembang diwilayah pesisir selatan. “Dalam waktu dekat Dinas Kehutanan akan melakukan pelatihan budidaya lebah klanceng,” tutur Niken satu staff Dinas Kehutanan, Kamis (18/2/2016).
Menurutnya, sebetulnya selama ini beberapa masyarakat Kebumen sudah tertarik untuk membudidayakannya. Namun karena produktifitas madunya rendah maka banyak yang kemudian berhenti. Padahal jika jumlah koloninya banyak tentu lebah ini juga akan menghasilkan madu banyak.
Lebah trigona juga dapat dibudidaya dengan menggunakan sarang modern. Sarang tersebut berupa kotak berbahan kayu. Hal ini telah dilakukan oleh salah satu peternak lebah klanceng Rahmat Satibi warga Desa Pandanlor Kecamatan Klirong. Dia sudah satu tahun ini berusaha “merumahkan” lebah Klanceng. Lebih lanjut Rahmat menjelaskan jika, selama ini masyarakat memang tidak melirik dengan budidaya lebah trigona. Alasannya produktifitas madunya sangat sedikit. Padahal sebenarnya target datri budidaya lebah trigona memang bukan madunya, melainkan propolis (air liur lebah).
Lebah klanceng dikenal dengan lebah penghasil propolis tertinggi diantara jenis lebah lainnya. Propolis tersebut digunakan oleh lebah klanceng untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Sehingga setiap lubang yang ada di dalam kotak sarang, akan ditutup dengan getah dan propolis. “Sayangnya hingga saat ini saya sendiri belum tahu cara memisah getah dan propolisnya. Kendati produktifitasnya madunya redah, namun madu klanceng adalah madu termahal,” ucapnya. (mam)