ISTIMEWA |
Hal ini disampaikan oleh Ida Elisa yang tidak lain adalah mahasiswi pascasarjana Universitas Guangzhou saat menjadi nara sumber pada acara Wisata Budaya Imlek di Rumah Marta Tilaar (RMT) Gombong, Minggu (7/2/2016) lalu. “Kita memiliki leluhur yang berasal dari Yunnan, salah satu daerah di Tiongkok, dan akan lebih baik apabila ada kesadaran akan hal itu, bahwa kita adalah saudara ” katanya yang kini juga mengajar di salah satu sekolah menengah pertama di Kabupaten Kebumen.
Ida menjelaskan, Gombong sendiri merupakan kota yang kaya akan bermacam-macam budaya sejak jaman dahulu. Salah satu budaya yang sudah membaur dengan masyarakat adalah budaya Tionghua. Untuk mengenalkan budaya Tionghoa kepada masyarakat, Rumah Marta Tilaar (RMT) Gombong mengadakan kegiatan Wisata Budaya Imlek tersebut.
Selain Ida Elisa kegiatan wisata Imlek tersebut juga mengundang Ening Muharta yang tidak lain adalah seorang budayawan Tionghua sebagai nara sumber. Dengan adanya nara sumber itu maka wisata bukan hanya menjadi kesenangan fisik semata, namun wisata juga dapat memperkaya khasanah budaya serta memperluas ilmu.
Menurut Ening Muharta , kata Imlek berasal dari Yin Li, yang berarti tahun. Tahun yang dimaksud disini merupakan tahun penanggalan lunar. Sedangkan Yang Li adalah penanggalan umum yang gunakan saat ini. Kata Imlek itu merupakan kata serapan, dari salah satu bahasa daerah yang ada di Tiongkok. Seperti halnya Negara Indonesia yang memiliki banyak bahasa, Tiongkok juga memiliki banyak bahasa daerah seperti Hokian, Hakka, ataupun Kanton. “Bahasa sehari-hari yang kita gunakan pun erat kaitannya dengan bahasa Tionghua, seperti bakwan, bakso, sato, tahu, becak, bakiak, sampan, dll. Jumlah kata serapan dari bahasa Tionghua diperkirakan mencapai 1046 kata,” tuturnya.
Dijelaskannya, Masyarakat Tionghua sering menggunakan simbolis, baik dalam pemaknaan suatu benda, warna, sampai dengan sesaji sembahyangan. Dalam Sesaji sembahyangan seluruhnya bermakna baik. Apel merupakan perlambang keselamatan, wajik merupakan perlambang derajat, rebung merupakan lambang pertumbuhan. “Semua itu adalah harapan atau doa yang dipanjatkan kepada para leluhur, agar mereka dan keturunannya selalu dilindungi,” katanya sembari menambahkan pembauran budaya Tionghua juga bisa dilihat dari permainan brongsai atau liong yang sebagian besar kini dimainkan oleh penduduk pribumi. Diluar negeri pun brongsai dimainkan oleh penduduk lokal, seperti di Spanyol atau Amerika. (mam)