ISTIMEWA |
Pasalnya dalam pesta rakyat itu, kedua ormas Islam tersebut telah berkomitmen untuk bersama-sama mendukung pembangunan Kabupaten Kebumen Berperadaban. Komitmen yang dilaksanakan di di Pendopo Bupati Kebumen pada acara Pesta Rakyat usai Kirab Budaya itu, diwakili oleh dua tokoh besar dari NU dan Muhammadiyah, yakni KH Maskur Rozak dan KH Mudofir, Kamis (18/2/2016).
Komitmen kuat antara NU dan Muhammadiyah dilaksanakan langsung di hadapan Bupati Kebumen dan wakilnya yang disaksikan pula oleh Rois Syuriah NU KH Wahib Mahfud, Katib Syuriah NU Salim Wasdy, Sekretaris Tanfidiyah NU Muhdir dan segenap jajaran Pengurus NU dan Muhammadiyah lainya.
Rois Syuriah NU KH Wahib Mahfudz mengatakan pentingnya pembangunan berbasis peradaban sebagai substansi pembangunan Kebumen. Peradaban Kebumen yang unggul berdaya saing dan religius itu, harus diciptakan atau di desain dengan baik. Lebih lanjut KH Wahib Mahfudz mengatakan jika NU dan Muhammadiyah merupakan ormas berbasis agama yang misi besarnya adalah melakukan pemberdayaan untuk kemajuan masyarakat atau umat.
Rektor IAINU Kebumen Dr Imam Satibi MPdI yang memfasilitasi acara tersebut menegaskan bahwa acara deklarasi Komitmen Kebumen Berperadaban itu dilakukan atas kebutuhan bersama antara warga NU dan Muhammadiyah. Dengan adanya pandangan yang sama antara NU dan Muhammadiyah, maka sudah sepantasnya dibentuk komitmen bersama tersebut. “Komitmen ini juga berfungsi untuk menepis anggapan publik yang mengesankan bahwa kini hubungan NU dan Muhamadiyah kurang sejalan, karena hanya terjebak dalam perdebatan perbedaan-perbedaan yang tidak prinsipil dalam fiqih dan ilmu kalam,” tuturnya, sembari menambahkan adanya komitmen dua tokoh tersebut, akan menjadi energi dan modal besar bagi pasangan Fuad-Yasid sebagai pucuk pemimpin Kabupaten Kebumen dalam membawa daerah yang religius.
Kerja sama antara NU dan Muhammadiyah sebenarnya juga pernah digagas jauh-jauh hari sebelumnya oleh Ketua MWC NU Petanahan KH Muqorrobin. Menurutnya NU dan Muhammadiyah tak ubah seperti dua kekuatan arus listrik, yang mana dalam persoalan akidah tidak mungkin keduanya bisa disamakan. Namun kedua arus tersebut sama-sama dibutuhkan. “Kalau listrik kurang satu arus, tentunya tidak akan berfungsi, namun kalau disatukan pasti terjadi kongsreting,” paparnya.
Maka dari itu lanjutnya, NU dan Muhammadiyah jangan disatukan dalam masalah akidah. Kedua ormas Islam itu dapat berjalan bersama dalam sebuah program yang akan membesarkan kedua organisasi tersebut. “Kita bisa membentuk badan amal bersama, di NU sudah ada LAZIZNU dan Di Muhammadiyah terdapat LAZIZMU, jika digabungkan maka kita bisa membuat LAZIZNUMU secara bersama-sama,” ucapnya. (mam)