ASSALAM FOR RASO |
Setelah sekitar 32 tahun lebih, fenomena alam Gerhana Matahari Total (GMT) bakal hadir lagi pada 9 Maret mendatang. Kejadian langka ini tidak bisa dilihat secara langsung di Kota Solo. Lantas apa yang akan dilakukan masyarakat?
PERISTIWA alam di mana posisi matahari segaris dengan bulan dan bumi ini terakhir kali terjadi pada 1983 silam. Dalam peristiwa tersebut cahaya matahari ke bumi terhalang bulan yang menyebabkan terjadinya fenomena alam GMT.
”Hal tersebut merupakan proses alam yang sangat jarang terjadi. Untuk bisa melihat gerhana matahari total di Solo harus menunggu 350 tahun lagi. Ini sekaligus menunjukkan kekuasaan Tuhan sebagai pencipta alam semesta,” jelas Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) SMP Kota Solo Agus Siswanto, ketika ditemui Jawa Pos Radar Solo, kemarin (20/2).
Pada fenomena 32 tahun silam, pemerintah sempat melarang menyaksikan fenomena langka tersebut. Tapi berbeda untuk momen kali ini, pihaknya dan segenap guru fisika SMP sepakat untuk tidak melarang dan juga tidak menganjurkan para siswa untuk melihat gerhana matahari total secara langsung.
Diuraikan Agus, saat gerhana matahari total terjadi di Indonesia sebelumnya, masih banyak yang mengetahui cara melihat tanpa merusak mata. Dikhawatirkan, jika melihat fenomena tersebut dengan mata telanjang dapat mengakibatkan kebutaan.
”Tapi nyatanya sampai sekarang tidak ada yang buta karena melihat gerhana matahari kan. Memang kalau melihat secara langsung bisa membakar mata. Tapi itu jika dilihat dalam jangka waktu yang lama,” tambah Agus.
Pihaknya tidak perlu memberikan edukasi khusus dalam rangka menyambut gerhana matahari total. Para siswa SMP sudah cukup paham mengenai fenomena alam ini. Sebab pada tingkat ini, para siswa SMP telah mempelajari tentang peredaran tata surya, planet-planet, dan berbagai macam fenomena alam termasuk gerhana matahari total.
Senada dikatakan Ketua MGMP Fisika SMA Kota Solo Munarso. Pihaknya selalu menjelaskan pada para siswa SMA bahwa gerhana matahari total merupakan fenomena alam yang biasa terjadi. Fenomena tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah.
”Siswa sudah paham kok. Kami beritahu siswa, kalau gerhana matahari total itu bukan hal yang mengerikan atau ada makna mistis. Itu hanya fenomena alam yang langka terjadi,” katanya.
Kendati di Kota Solo tidak terlihat saat terjadinya gerhana matahari total, namun Munarso memprediksi masyarakat tetap akan merasakan fenomena tersebut. Yakni berupa bayangan kabur. Jika ingin menyaksikan detik-detik terjadinya gerhana matahari total, dia menyarankan untuk tidak melihat secara langsung.
”Bisa lihat melalui bayangan dari air, atau dengan kacamata khusus. Karena memang kalau lihat secara langsung dan waktunya lama bisa merusak mata. Tapi kalau hanya sebentar, tidak apa-apa. Agar aman, dengan bayangan dari air itu lebih baik,” terangnya. (aya/un)