sudarnoahmad/ekspres |
Dari data resmi, tercatat 9 peserta menjadi korban. Dari jumlah itu, dua tewas sementara tujuh lainnya mengalami luka.
Hal itu sampaikan oleh Ketua Panitia KODE #2 Rahmat Hidayat dalam konferensi pers yang digelar pada Senin (1/2/2016). Menurut Rahmat, dua korban meninggal masing-masing Muji Yono Subarjo dan IR. Bigwanto. "Kedua almarhum, mengalami kecelakaan pada saat kegiatan Private trip Sabtu, 30 Januari 2016, bukan di lokasi extreme, namun di track lurus," kata Rahmat Hidayat.
Sementara 7 luka masing-masing Miftahul Ulum yang juga Wakil ketua DPRD Kebumen mengalami retak kaki kiri (rawat jalan). Berikutnya, Panji Irawan, Borobudur Magelang, luka disiku kanan (rawat jalan).
Ketiga, Sion, Sidoarjo Jawa Timur, jatuh luka ringan. Keempat Gadang Cahyo Purnomo, Pacitan, kaki kiri retak. Berikutnya, Mustafmir, Pekalongan nyeri di punggung dan tulang iga patah.
Sementara keenam Karyono, Jakarta, patah lengan kiri kiri keduanya (rawat jalan). Dan terakhir Patmo, Yogyakarta, nyeri punggung.
"Perlu untuk di luruskan bahwa kegiatan private trip merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan usulan - usulan rekan - rekan perserta dan disepakati bersama," imbuhnya.
Di kesempatan yang sama, Rahmat menyatakan penyesalannya atas insiden tersebut. Apa yang terjadi, katanya, sudah di luar kendali panitia. Namun demikian, Rahmat mengatakan, panitia bertanggung jawab sepenuhnya.
Untuk korban meninggal, pihaknya menanggung biaya ambulan memberikan santunan serta membantu menguruskan asuransi kecelakaan. Juga menggalang dana bagi korban. "Panitia juga merubah hadiah 15 motor bebek matic menjadi 13 motor bebek matic dan meng-alokasikan 2 bebek tersebut untuk kedua keluarga almarhum," imbuhnya.
Sementara, bagi korban luka biaya pengobatan rumah sakit ditanggung penuh panitia.
Masih di kesempatan yang sama, Rahmat merasa perlu menjelaskan mengapa konferensi pers baru digelar kemarin atau satu hari pasca kejadian. "Kami ingin menyampaikan menyampaikan penyesalan terhadap penundaan press conference/ release ini yang menyebabkan berita di masing - masing media tidak sama.
"Ketidak samaan tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa sumber berita tidak akurat," katanya.(cah)