SUDARNO AHMAD/EKSPRES |
Kreatifitas dalam seni lukis tidak hanya harus ditu
angkan pada media kanvas saja. Banyak sekali media-media unik lainnya yang dapat menghasilkan karya yang jauh lebih indah. Lalu, bagaimana jadinya kalau batu yang menjadi medianya?. Berikut kilasannya.
--------------------------------
SUDARNO AHMAD NASHORI, Kebumen
Melukis di atas kertas atau kain kanvas mungkin sudah biasa. Tapi bagaimana dengan melukis di atas media batu sungai? Itulah yang dilakoni Putut Agus Indra Sakti (42). Pelukis asal Kelurahan Panjer, Kebumen itu memanfaatkan batu jenis blonos di Sungai Lukulo menjadi media melukis yang unik.
Batu memang bukan media yang ideal untuk melukis, tetapi di tangan seniman asli Kebumen itu, jenis batu blonos yang biasanya hanya digunakan untuk bahan bangunan mampu disulap menjadi produk luar biasa dan bernilai seni tinggi. Batu yang dijual secara kubikan itu setelah mendapat sentuhan tangan Putut bisa laku ratusan ribu hingga jutaan rupiah per butir.
Ya, sudah empat tahun ini, pria yang pernah mengenyam studi desain grafis Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu menekuni seni lukis batu atau yang dikenal dengan rock painting itu. Awalnya media batu digunakan karena keterbatasan media yakni sulitnya mencari kain kanvas.
Dengan kemampuan dan bakatnya dalam melukis, Putut menuangkan hobinya melukis di atas sungai. Maklum, kebetulan saat itu dia tinggal di rumah orang tuanya di Desa Seling, Kecamatan Karangsambung yang dekat dengan Sungai Lukulo.
Kegiatan melukis dengan media berlanjut hingga menghasilkan berbagai karya. Sejumlah gambar yang dilukis antara lain bermotif binatang, pemandangan, wajah manusia, hingga tokoh-tokoh mitologi.
"Dari keterbatasan itu, akhirnya saya serius dan mendalami seni lukis batu hingga saat ini," ujar Putut Agus, di workshopnya Purba Art Stone di Jalan Glatik 24 Keluarahan Panjer, Kecamatan Kebumen, baru-baru ini.
Menurut Putut, tingkat kesulitan melukis dengan menggunakan media batu terletak pada besar kecilnya batu. Saat pembeli ingin dilukiskan pada sebuah batu yang berukuran kecil, di situlah tingkat kesulitan akan datang. Tetapi justru dengan tangan itu, daya kreatifitas akan terpacu untuk menghasilkan karya yang sesuai dengan keinginan. Lukisan batu karya Putut menggunakan aklirik.
"Satu lukisan biasanya saya selesaikan sampai empat jam," imbuhnya.
Meski tidak dikenal luas di Kebumen, karya Putut justru memiliki pasar yang cukup luas mulai dari Yogyakarta hingga luar negeri. Peminat dari Malaysia, India dan Hongkong tercatat telah membeli lukisan batunya yang dipatok mulai Rp 300.000 hingga Rp 1,5 juta tersebut.
"Untuk saat ini, pemasaran saya lakukan melalui media sosial," imbuh pria yang juga melukis dengan media daun kering dan plastisin tersebut.(*)