KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Tekad Pemkab Kebumen untuk mengurangi jumlah perokok melalui Gerakan Anti Merokok, murni untuk fokus pada dua hal. Yakni untuk mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan derajat kesehatan warga Kabupaten Kebumen.
Karena itu, semua pihak diminta mendukung gerakan ini dan tidak mempolitisir gerakan anti rokok yang sudah dicanangkan Bupati Yahya Fuad. Termasuk mengarahkan gerakan ini ke isu antar ormas, yakni Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. "Saya memang sudah mendengar selentingan soal itu. Tapi itu sama sekali tidak benar. (Gerakan Anti Rokok) Ini murni pada dua hal, yaitu pengentasan kemiskinan dan soal kesehatan," tegas Wakil Bupati KH Yazid Mahfudz kepada wartawan pada jumpa pers di ruang kerja Wakil Bupati Kompleks Setda Kebumen, Selasa (23/2/2016).
Ikut mendampingi, Asisten Pemerintah Sekda Kebumen Drs Mahfud Fauzi MSi serta Kabag Humas dan Protokoler, Drs Drajat Triwibowo.
Gus Yazid, demikian ia akrab disapa, menuturkan, ditilik dari aspek kesehatan, kebiasaan merokok jelas merugikan. Demikian pula dari segi agama yang menyatakan sebagai perbuatan makruh. Lebih dari itu, rokok juga membuat masyarakat miskin semakin miskin.
Gus Yazid memberikan gambaran, jika seorang perokok menghabiskan Rp 10 ribu per hari untuk beli rokok, maka selama sebulan dia telah 'membakar' uang sebanyak Rp 300 ribu. Padahal uang tersebut sebenarnya bisa digunakan untuk anggaran pemenuhan kebutuhan pokok lainnya. "Itu baru satu orang, coba kalikan dengan jumlah perokok di Kebumen. Misalnya saja ada 100 ribu perokok di Kebumen, itu angkanya Rp 30 miliar lho, luar biasa besar kan. Itu baru satu bulan, setahun, tinggal kalikan saja. Bayangkan uang sebesar itu kalau bisa dihemat," beber Gus Yazid.
Karena itulah, Gus Yazid sangat yakin jika kebiasaan merokok sangat berkorelasi dengan angka kemiskinan di Kebumen. "Sejak awal kita bertekad untuk mengurangi angka kemiskinan di Kebumen. Nah, gerakan anti rokok ini merupakan salah satu langkah kami untuk mewujudkan itu," imbuhnya. (has)
Karena itu, semua pihak diminta mendukung gerakan ini dan tidak mempolitisir gerakan anti rokok yang sudah dicanangkan Bupati Yahya Fuad. Termasuk mengarahkan gerakan ini ke isu antar ormas, yakni Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. "Saya memang sudah mendengar selentingan soal itu. Tapi itu sama sekali tidak benar. (Gerakan Anti Rokok) Ini murni pada dua hal, yaitu pengentasan kemiskinan dan soal kesehatan," tegas Wakil Bupati KH Yazid Mahfudz kepada wartawan pada jumpa pers di ruang kerja Wakil Bupati Kompleks Setda Kebumen, Selasa (23/2/2016).
Ikut mendampingi, Asisten Pemerintah Sekda Kebumen Drs Mahfud Fauzi MSi serta Kabag Humas dan Protokoler, Drs Drajat Triwibowo.
Gus Yazid, demikian ia akrab disapa, menuturkan, ditilik dari aspek kesehatan, kebiasaan merokok jelas merugikan. Demikian pula dari segi agama yang menyatakan sebagai perbuatan makruh. Lebih dari itu, rokok juga membuat masyarakat miskin semakin miskin.
Gus Yazid memberikan gambaran, jika seorang perokok menghabiskan Rp 10 ribu per hari untuk beli rokok, maka selama sebulan dia telah 'membakar' uang sebanyak Rp 300 ribu. Padahal uang tersebut sebenarnya bisa digunakan untuk anggaran pemenuhan kebutuhan pokok lainnya. "Itu baru satu orang, coba kalikan dengan jumlah perokok di Kebumen. Misalnya saja ada 100 ribu perokok di Kebumen, itu angkanya Rp 30 miliar lho, luar biasa besar kan. Itu baru satu bulan, setahun, tinggal kalikan saja. Bayangkan uang sebesar itu kalau bisa dihemat," beber Gus Yazid.
Karena itulah, Gus Yazid sangat yakin jika kebiasaan merokok sangat berkorelasi dengan angka kemiskinan di Kebumen. "Sejak awal kita bertekad untuk mengurangi angka kemiskinan di Kebumen. Nah, gerakan anti rokok ini merupakan salah satu langkah kami untuk mewujudkan itu," imbuhnya. (has)