KEBUMEN (kebumenekspres.com) - Ketua PGRI Kabupaten Kebumen Tukijan Spd tak membantah bila angka perceraian di Kebumen, khususnya dari kalangan guru, cukup tinggi. Ironisnya, sebagian diantaranya karena adanya gangguan orang ketiga alias selingkuh.
“Maraknya kasus perselingkuhan yang terjadi di kalangan guru, menang benar adanya,” katanya, sembari mengatakan jika pihaknya juga sangat prihatin dengan adanya trend selingkuh itu.
Menurutnya, pasca pemerintahan orde baru, pengangkatan pejabat sudah tidak lagi memperhatikan prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela (PDLT).
Dari keempat unsur PDLT itu yang paling sudah tidak digunakan lagi adalah tidak tercela. Akibatnya meski sudah terkena kasus para pejabat tetap dapat diangkat. Maka wajar jika saat ini banyak terjadi perselingkuhan di kalangan guru dan pejabat.
Untuk menanggulangi maraknya kasus perselingkuhan lanjutnya, maka harus dimulai dari "kalangan atas" terlebih dahulu. Logikanya, bila atasannya saja selingkuh, tak mungkin dia melarang bawahannya untuk selingkuh.
“Jika kita akan membersihkan lantai dari butiran debu, maka sapu yang akan digunakan juga harus bersih. Jika sapunya kotor, maka lantainya tidak akan bersih namun justru bertambah kotor,” paparnya beranalogi.
Tukijan menambahkan, sebagai seorang guru dan pejabat, seharusnya bisa menjadi suri tauladan yang baik bagi masyarakat. Saat ini masyarakat lebih memilih contoh yang baik dari pada kata-kata yang baik. “Para guru dan pejabat seharusnya mampu menjadi uswatun khasanah bagi masyarakat dan bukan hanya bermau’idhotul khasanah saja,” ucapnya. (mam)
“Maraknya kasus perselingkuhan yang terjadi di kalangan guru, menang benar adanya,” katanya, sembari mengatakan jika pihaknya juga sangat prihatin dengan adanya trend selingkuh itu.
Menurutnya, pasca pemerintahan orde baru, pengangkatan pejabat sudah tidak lagi memperhatikan prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela (PDLT).
Dari keempat unsur PDLT itu yang paling sudah tidak digunakan lagi adalah tidak tercela. Akibatnya meski sudah terkena kasus para pejabat tetap dapat diangkat. Maka wajar jika saat ini banyak terjadi perselingkuhan di kalangan guru dan pejabat.
Untuk menanggulangi maraknya kasus perselingkuhan lanjutnya, maka harus dimulai dari "kalangan atas" terlebih dahulu. Logikanya, bila atasannya saja selingkuh, tak mungkin dia melarang bawahannya untuk selingkuh.
“Jika kita akan membersihkan lantai dari butiran debu, maka sapu yang akan digunakan juga harus bersih. Jika sapunya kotor, maka lantainya tidak akan bersih namun justru bertambah kotor,” paparnya beranalogi.
Tukijan menambahkan, sebagai seorang guru dan pejabat, seharusnya bisa menjadi suri tauladan yang baik bagi masyarakat. Saat ini masyarakat lebih memilih contoh yang baik dari pada kata-kata yang baik. “Para guru dan pejabat seharusnya mampu menjadi uswatun khasanah bagi masyarakat dan bukan hanya bermau’idhotul khasanah saja,” ucapnya. (mam)