IMAM/EKSPRES |
Sayangnya, hingga saat ini belum ada perhatian pemerintah. Khawatir jatuh korban, warga setempat berinisiatif memasang rambu-rambu darurat. Uniknya, rambu tersebut berbentuk memedi (orang-orangan sawah).
Tumin (37) salah satu pengguna jalan mengatakan lokasi jalan tersebut sangat berbahaya. Pengguna jalan yang tidak mengetahui, mungkin akan menganggap jalan tersebut buntu. Pasalnya di samping jalan itu terdapat belokan 90 derajat. Belokan itu tidak tampak oleh pengguna jalan dari arah Selatan. “Jika pengendara melaju kencang, bisa-bisa bablas kesungai,” tuturnya kepada kebumenekspres.com, Selasa (2/2/2016).
Dijelaskannya, jika pengendara sampai bablas kesungai maka dapat berakibat fatal. Hal ini karena jalan tersebut berada diatas tebing curam setinggi 10 meter dan berbatas langsung dengan sungai. Dengan adanya tanda peringatan tersebut diharapkan dapat menjadi tanda bagi para pengguna jalan. “Meskipun menggunakan bahan seadanya tapi cukup memberikan tanda,” katanya.
Menurutnya, sebenarnya dulu terdapat jalan lurus dari tugu walet hingga ke Bocor Kecamatan Buluspesantren. Jalan tersebut berada tepat di sebelah timur Sungai Luk Ulo. Namun seiring berjalannya waktu pergeseran sungai terkadang berdampak pada amblesnya tanah dan erosi. Hal inilah yang membuat Jalan Tamanwinangun- Bocor banyak yang putus. “Kalau tidak putus, maka jalan ini lurus dari Bocor hingga ke tugu walet Kebumen,” paparnya.
Seperti yang pernah diberitakan sebelumnya, kondisi lereng Sungai Luk Ulo di kawasan tersebut memang cukup memprihatinkan. Hal ini karena kawasan tersebut berada di bagian luar belokan sungai.
Kondisi itu semakin diperparah dengan maraknya penambangan tanah liat untuk bahan baku batu bata dan genteng. Merasa khwatir dengan bahaya yang mengancam, warga pun berusaha untuk menghentikan penambangan pasir dan tanah liat di kawasan tersebut.
Gayung bersambut, permintaan warga pun akhirnya di kabulkan oleh Pemda Kebumen. ”Setiap truk atau mobil yang mengangkut tanah, akan memberi kontribusi kepada warga. Namun demi kelestarian lingkungan saya mendukung jika penambangan dihentikan,” ucap Jajilin (48) salah satu pengurus BPD desa setempat. (mam)