ISTIMEWA |
Awalnya istilah hidroponik masih tampak asing di telinga para siswa. Hidroponik adalah metode bertanam tanpa menggunakan media tanah. Media yang digunakan adalah larutan mineral bernutrisi atau bahan lainnya yang mengandung unsur hara. Diantaranya sabut kelapa, serat mineral, pasir, pecahan batu bata, serbuk kayu, dan lain sebagai.
Di SMP Muhammadiyah 2 Kebumen praktikum hidroponik ternyata mampu mengurangi banyaknya sampah dilingkungan sekolah tersebut. Pasalnya para siswa menggunakan barang barang bekas media tanam hidroponik sebagai. Meliputi botol, gelas plastic softdrink dan wadah wadah bekas lainnya, tanpa disadari hal itu mampu menjadi usaha sanitasi bagi lingkungan sekolah.
Salah satu guru SMP Muhammadiyah 2 Kebumen Aji Wicakosono SPd mengatakan, metode penanaman hidroponik bukanlah hal baru, kendati demikian banyak siswa yang belum memahami atau mengetahui hidroponik. Praktikum hidroponik tidak menuntut kerumitan, namun lebih untuk memotivasi para siswa agar mengenal metode menanam tanpa tanah. “Kegiatan tersebut dimulai dengan mengelola sampah menjadi bank sampah di lingkungan sekolah. Berangkat dari rasa ingin tahu, kita terus mendalami pengetahuan dan ketrampilan tentang hidroponik bersama siswa yang tergabung dalam Gardening club,” tuturnya, Senin (28/3/2016) .
Kepala SMP Muhammadiyah 2 Kebumen Imam Romzan Fauzi SThI mengatakan, saat ini terdapat 10 box bekas buah anggur yang menjadi media praktek para siswa. Para siswa menanam sawi dengan sistem hidroponik di belakang sekolah. 50 hari kemudian, para siswa akan memanen sayuran yang mereka tanam sendiri dan akan menjual kepada warga sekolah. “Selain bertani modern di lahan terbatas, para siswa juga belajar tentang ketrampilan wirausaha dan mengelola sampah yang mempunyai nilai ekonomi,” ucapnya, sembari menambahkan, praktek hidroponik mampu menciptakan kepedulian, produktif, sikap gotong royong dan selalu berbagi dengan sesama. (mam)