A CHRISTIAN/RASO |
Minuman anggur merah yang satu ini cukup istimewa terutama bagi umat Katolik karena hanya disajikan saat Natal dan Paskah. Apa yang membuatnya spesial?
-----------------------------
A CHRISTIAN, Solo
----------------------------
DI Gereja Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan ada ruangan khusus berukuran sekitar 3x4 meter. Selain untuk ruang peribatan pribadi romo gereja, tempat itu difungsikan menyimpan anggur merah atau lebih dikenal dengan sebutan cana wine.
Tidak digeletakkan begitu saja, cana wine diwadahi kotak khusus terbuat dari kayu dan dinamakan tabernakel. “Kita beli (cana wine, Red) di Keuskupan Agung Semarang. Untuk mendapatkannya harus pakai surat khusus karena pesannya di Vatikan," beber Romo Antonius Budi Wihandhono, Pr Pastor Kepala Gereja Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan.
Diterangkan Budi, cana wine terbuat dari fermentasi puluhan jenis anggur dan mulai didistribusikan ke gereja seluruh dunia apabila sudah berumur 50 tahun ke atas.
"Kita pilih karena menurut sejarah di dalam Alkitab, anggur ini merupakan bentuk mukjizat Tuhan Yesus yang pertama. Kala itu dalam suatu pernikahan di Kana, Dia mengubah air menjadi anggur. Karena mukjizat itu, cana wine dianggap anggur paling top dibanding jenis lain," ungkapnya.
Berbeda dengan jenis anggur lainnya yang berwarna merah keunguan, anggur dengan berat bersih 1,5 liter ini tidak memiliki warna alias bening. Cana wine memiliki kadar alkohol 12,5 persen.
"Karena memiliki kadar alkohol yang cukup tinggi, untuk meminimalkan kadarnya, anggur kita campur air mineral. Kalau nggak begitu bisa mabuk,” kelakarnya. Perbandingan mencampurnya adalah setengah sloki anggur satu sloki air putih.
Soal harga, Budi tidak merincinya. Hanya saja dia mengatakan mencapai jutaan rupiah per botol. "Mahal karena proses pembuatannya memakan waktu cukup lama. Kalau mau pesan juga harus menunggu tiga bulan baru bisa di ambil di Semarang. Sekali pesan kita beli tiga botol untuk stok selama setahun,” urainya.
Karena keistimewaan tersebut, cana wine hanya dibagikan ke jamaah gereja setempat saat Natal dan Paskah. Sedangkan untuk misa sehari-hari, menggunakan anggur merah buatan Australia. Selain harganya lebih miring, kadar alcohol tidak terlalu tinggi.
“Anggur jenis ini (dari Australia, Red) stoknya lebih banyak. Sekali beli biasanya kita ambil 42 botol dan bisa untuk beberapa bulan,” tuturnya.
Ditambahkan Romo Budi, apapun jenisnya, anggur merah tetap saja anggur merah. Hanya sebatas minuman keras biasa yang digunakan untuk menghangatkan badan.
“Semua berubah setelah anggur ini telah diberi berkat oleh Romo pada saat prosesi Ekaristi. Saat itu, anggur biasa telah berubah menjadi Darah Kristus,” ungkapnya.
Lebih lanjut diterangkan Romo Budi, ribuan tahun lalu, Yesus yang sudah tahu akan di hukum mati, meninggalkan warisan kepada muridnya berupa perjamuan terakhir. Dalam perjamuan itu Dia mengatakan bahwa anggur yang ada di atas meja merupakan perlambangan darah-Nya yang akan ditumpahkan untuk menebus dosa umat manusia.
Sementara itu, saat prosesi perayaan Natal dan Paskah, cana wine dibagikan bersama roti tak beragi atau disebut Hosti. Hosti dilambangkan sebagai tubuh Yesus yang suci.
"Hosti dan anggur menggantikan persembahan sebelumnya. Dulu pas zaman sebelum Yesus lahir, kalau mau memulai misa mengorbankan anak domba. Coba dibayangkan kalau itu masih di pakai, bisa repot," pungkasnya. (*/atn)