DAMIANUS BRAM/RASO |
Kegiatan bertema Gelar Karya Pesona Solo Kemilau itu dimulai sekitar pukul 14.00 dan dibuka oleh penampilan murid Paguyuban Guru Tari (Pagutri) Solo. Mereka menyuguhkan tari jaranan, cublak-cublak suweng dan lainnya.
Dilanjutkan kolaborasi tari kolosal dari berbagai sanggar tari di kota Solo dan penampilan banyolan khas Sahita. "Warga Solo kudu duweni lan melu mbangun kota. Jangan cuma mengandalkan Pak Wali dan Pak Wawali," pinta salah seorang personel Sahita.
Rampung Sahita, giliran penari Lembu Suro dan Ganong melakukan aksi akrobatik yang energik. Disusul kemudian penari anak-anak dengan beragam kostum satwa dan fauna, serta puluhan penampilan lainnya.
Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo menuturkan, dengan gerak dan lagu serta tarian merupakan gambaran kota Solo sebagai kota budaya yang mandiri.
“Karena itu, mari kita selalu bergotong royong, merasa memiliki, merawat, menjaga, dan mengamankan setiap kesenian dan budaya kita. Hal ini merupakan semangat bersama tekad berseri, rawe-rawe rantas malang-malang putung," beber Rudy.
Sedangkan Wakil Wali Kota Surakarta Purnomo menjelaskan, busana lurik yang dia kenakan bersama Rudy memiliki banyak filosofi. Diantaranya, manusia selalu terbatas pada etika karena itu harus saling mengerti satu dengan lainnya.
"Lurik juga punya arti lurus dan iklas. Lurus dalam pengabdian dan ikhlas,” tutur dia. (ves/wa)