SOLO – Harapan Mochammad Vivaldi Marshall Prayudi, 15, bisa mengukir pretasi di Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN), kandas. Tanpa alasan jelas, panitia penyelenggara O2SN tingkat provinsi mencekalnya.
Akibat keputusan yang dinilai sepihak tersebut,atlet karate warga RT 01 RW 01 Kelurahan Sondakan, Laweyan, itu mengalami depresi dan enggan sekolah.
Vivaldi, sapaan akrabnya, malu-malu saat bertemu wartawan di rumahnya kemarin (25/5). Setelah didampingi orang tuanya, atlet karate peraih juara nasional dan juara di Filipina ini bersedia blak-blakan tentang insiden pencekalan. Padahal dirinya sebagai satu-satunya utusan dari kota Solo di O2SN, akhir April lalu.
“Saat itu, saya sudah mengikuti technical meeting sebelum tarung di GOR Satria Semarang. Tiba-tiba, saya dicekal panitia nggak boleh ikut,” ujar pelajar SMAN 7 kelas X ini.
Apa alasanya? Putra dari pasangan Agung Mardiyanto dan Turi Anggraini itu tak mengetahuinya secara pasti. Panitia hanya mengatakan ada dua kontingen asal Jepara dan Pemalang yang keberatan atas majunya dirinya sebagai peserta O2SN.
Kedua kontingen tersebut menuding Valdi telah ikut pertandingan pada kejuaraan daerah Inkai Jateng di Jepara pada Februari 2015. “Padahal anak saya tak pernah mengikuti pertandingan Inkai seperti yang ditudingkan itu. Dan apa hubungannya antara O2SN dengan perguruan karate Inkai. Anak kami ikut O2SN atas nama sekolah dan kota Solo,” jelas Turi Anggraini.
Pasca-pencekalan, Vivaldi sempat demam tinggi selama dua hari. Bungsu dari empat bersaudara itu sempat enggan masuk sekolah karena malu dengan teman-teman dan guru-gurunya. “Bayangkan, anak saya sudah minta doa restu sekolah, dapat uang saku dari sekolah, tiba-tiba setelah sampai Semarang dipermalukan panitia,” keluh sang ibu.
Hingga kini, Valdi tak mau latihan karate di Federasi Olaraga Karate Indonesia (Forki) karena mentalnya drop. Atas kejadian itu orang tuanya melayangkan surat protes ke Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dispendikpora) Surakarta Aryo Widiandoko menuturkan telah menemui panitia O2SN Provinsi Jateng. “Hasil detailnya saya belum tahu. Besok (hari ini, Red) rencananya saya kumpulkan (perwakilan Dispendikpora,Red) untuk menyampaikan hasil pertemuan dengan Provinsi,” ujarnya.
Masalah itu juga ramai dibahas di internal Dispendikpora karena mempertaruhkan nasib siswa dan nama kota Solo.
Sekadar informasi, Valdi tercatat dua kali mewakili Provinsi Jateng dan meraih juara kedua dalam ajang pertandingan karate 2013-2014. Posisi serupa disabetnya di Filipina pada Januari 2016. Prestasinya sejak kelas 5 SD di tingkat Eks Karesidenan Surakarta dan Jawa Tengah sudah mencapai 50-an kali.
Bidang pembinaan prestasi (Binpres) Forki Surakarta Surya Panca menuturkan, pihaknya tak mengetahui secara detail pencekalan yang menimpa Vivaldi. “Ikut kejuaran (O2SN, Red) dibiayai oleh dinas (dispendikpora, Red). Jadi yang bertanggung jawab pihak dinas. Kalau masalah yang saya dengar, itu (pencekalan, Red) karena soal perpindahan perguruan,” beber dia.
“Dia ikut O2SN tentu pakai nama sekolah, jadi bukan Forki yang bawa. Tapi yang kita ketahui ada pasal soal masalah pergantian perguruan. Yang kita tau sekarang dia ikut Amura. Masalah itu biar pihak dinas yang melangkah,” pungkas dia. (atn/nik/wa)
Akibat keputusan yang dinilai sepihak tersebut,atlet karate warga RT 01 RW 01 Kelurahan Sondakan, Laweyan, itu mengalami depresi dan enggan sekolah.
Vivaldi, sapaan akrabnya, malu-malu saat bertemu wartawan di rumahnya kemarin (25/5). Setelah didampingi orang tuanya, atlet karate peraih juara nasional dan juara di Filipina ini bersedia blak-blakan tentang insiden pencekalan. Padahal dirinya sebagai satu-satunya utusan dari kota Solo di O2SN, akhir April lalu.
“Saat itu, saya sudah mengikuti technical meeting sebelum tarung di GOR Satria Semarang. Tiba-tiba, saya dicekal panitia nggak boleh ikut,” ujar pelajar SMAN 7 kelas X ini.
Apa alasanya? Putra dari pasangan Agung Mardiyanto dan Turi Anggraini itu tak mengetahuinya secara pasti. Panitia hanya mengatakan ada dua kontingen asal Jepara dan Pemalang yang keberatan atas majunya dirinya sebagai peserta O2SN.
Kedua kontingen tersebut menuding Valdi telah ikut pertandingan pada kejuaraan daerah Inkai Jateng di Jepara pada Februari 2015. “Padahal anak saya tak pernah mengikuti pertandingan Inkai seperti yang ditudingkan itu. Dan apa hubungannya antara O2SN dengan perguruan karate Inkai. Anak kami ikut O2SN atas nama sekolah dan kota Solo,” jelas Turi Anggraini.
Pasca-pencekalan, Vivaldi sempat demam tinggi selama dua hari. Bungsu dari empat bersaudara itu sempat enggan masuk sekolah karena malu dengan teman-teman dan guru-gurunya. “Bayangkan, anak saya sudah minta doa restu sekolah, dapat uang saku dari sekolah, tiba-tiba setelah sampai Semarang dipermalukan panitia,” keluh sang ibu.
Hingga kini, Valdi tak mau latihan karate di Federasi Olaraga Karate Indonesia (Forki) karena mentalnya drop. Atas kejadian itu orang tuanya melayangkan surat protes ke Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dispendikpora) Surakarta Aryo Widiandoko menuturkan telah menemui panitia O2SN Provinsi Jateng. “Hasil detailnya saya belum tahu. Besok (hari ini, Red) rencananya saya kumpulkan (perwakilan Dispendikpora,Red) untuk menyampaikan hasil pertemuan dengan Provinsi,” ujarnya.
Masalah itu juga ramai dibahas di internal Dispendikpora karena mempertaruhkan nasib siswa dan nama kota Solo.
Sekadar informasi, Valdi tercatat dua kali mewakili Provinsi Jateng dan meraih juara kedua dalam ajang pertandingan karate 2013-2014. Posisi serupa disabetnya di Filipina pada Januari 2016. Prestasinya sejak kelas 5 SD di tingkat Eks Karesidenan Surakarta dan Jawa Tengah sudah mencapai 50-an kali.
Bidang pembinaan prestasi (Binpres) Forki Surakarta Surya Panca menuturkan, pihaknya tak mengetahui secara detail pencekalan yang menimpa Vivaldi. “Ikut kejuaran (O2SN, Red) dibiayai oleh dinas (dispendikpora, Red). Jadi yang bertanggung jawab pihak dinas. Kalau masalah yang saya dengar, itu (pencekalan, Red) karena soal perpindahan perguruan,” beber dia.
“Dia ikut O2SN tentu pakai nama sekolah, jadi bukan Forki yang bawa. Tapi yang kita ketahui ada pasal soal masalah pergantian perguruan. Yang kita tau sekarang dia ikut Amura. Masalah itu biar pihak dinas yang melangkah,” pungkas dia. (atn/nik/wa)