KEBUMEN (kebumenekspres.com)-Pada hari yang sama dimana Presiden RI Joko Widodo mengunjungi Pasar Giwangretno Kecamatan Sruweng, Rabu (4/5/2016), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kebumen, melaksanakan aksi demonstrasi di bundara Tugu Lawet. Para mahasiswa, dengan tegas menyatakan sikap menolak terhadap rencana pembangunan pabrik semen Gombong.
Koordinator lapangan (Korlap) aksi Dwi Nur Permadi mengangap bahwa Pemerintah Kebumen masih gagal dalam mengentaskan pengangguran. Padahal Kebumen merupakan kabupaten yang tanahnya subur, dimana seluruh kawasan pesisir pantai dapat dijadikan objek wisata.
Selain itu setiap pegunungan yang ada mempunyai keindahan dengan ciri khasnya masing-masing. Kendati demikian potensi tersebut hingga kini belum bisa dikelola dengan baik. “Jika semua kekayaan alam dapat dikelola dengan maka mahasiwa yakin, pengangguran yang kini merajalela bisa segera di entaskan,” terangnya.
Lebih lanjut dijelaskan, kawasan karst Gombong selatan merupakan sebuah rangkaian pegunungan atau perbukitan karst yang berada di barat daya Kebumen. Kawasan tersebut mencakup tiga kecamatan yakni Ayah, Buayan dan Rowokele. Panjang perbukitan kapur ini mencapai 8 KM. Kawasan Karst Gombong Selatan bertipe cockpit, yaitu perbukitan karst yang berupa kerucut, rapat dan menyerupai sarang telur ayam.
Tipe karst cockpit merupakan salah satu bagian dari bentang alam karst yang ada di dunia. “Kita sebagai mahasiswa juga menuntut kepada Bupati untuk membuat surat keputusan tentang masyarakat Kebumen untuk menjaga kawasan karts nya masing-masing,” teriak lantang salah satu peserta aksi dalam orasinya.
Sementara itu, Ketua Umum PMII Cabang Kebumen Agus Suroso menilai, kemiskinan yang terjadi saat ini bukanlah serta merta terjadi tanpa ada alasan. Sebab hampir seluruh pesisir Kabupaten Kebumen mempunyai daya tarik wisata yang sangat indah. Sementara itu bagian utara Kebumen merupakan lahan pertanian yang sangat subur. “Apabila semua kekayaan yang ada di Kebumen dapat dikelola dengan baik, niscaya semua kemiskinan akan bisa terangkat,” katanya.
Lebih lanjut dijelaskan, mahasiswa tidaklah antipati terhadap investor yang datang. Namun demikian investor jangan sampai melakukan kerusakan alam. Terlebih jika investor tersebut hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat. “Jangan sampai cita-cita luhur pendiri bangsa ternodai gara-gara mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok,” Agus. (mam)
Koordinator lapangan (Korlap) aksi Dwi Nur Permadi mengangap bahwa Pemerintah Kebumen masih gagal dalam mengentaskan pengangguran. Padahal Kebumen merupakan kabupaten yang tanahnya subur, dimana seluruh kawasan pesisir pantai dapat dijadikan objek wisata.
Selain itu setiap pegunungan yang ada mempunyai keindahan dengan ciri khasnya masing-masing. Kendati demikian potensi tersebut hingga kini belum bisa dikelola dengan baik. “Jika semua kekayaan alam dapat dikelola dengan maka mahasiwa yakin, pengangguran yang kini merajalela bisa segera di entaskan,” terangnya.
Lebih lanjut dijelaskan, kawasan karst Gombong selatan merupakan sebuah rangkaian pegunungan atau perbukitan karst yang berada di barat daya Kebumen. Kawasan tersebut mencakup tiga kecamatan yakni Ayah, Buayan dan Rowokele. Panjang perbukitan kapur ini mencapai 8 KM. Kawasan Karst Gombong Selatan bertipe cockpit, yaitu perbukitan karst yang berupa kerucut, rapat dan menyerupai sarang telur ayam.
Tipe karst cockpit merupakan salah satu bagian dari bentang alam karst yang ada di dunia. “Kita sebagai mahasiswa juga menuntut kepada Bupati untuk membuat surat keputusan tentang masyarakat Kebumen untuk menjaga kawasan karts nya masing-masing,” teriak lantang salah satu peserta aksi dalam orasinya.
Sementara itu, Ketua Umum PMII Cabang Kebumen Agus Suroso menilai, kemiskinan yang terjadi saat ini bukanlah serta merta terjadi tanpa ada alasan. Sebab hampir seluruh pesisir Kabupaten Kebumen mempunyai daya tarik wisata yang sangat indah. Sementara itu bagian utara Kebumen merupakan lahan pertanian yang sangat subur. “Apabila semua kekayaan yang ada di Kebumen dapat dikelola dengan baik, niscaya semua kemiskinan akan bisa terangkat,” katanya.
Lebih lanjut dijelaskan, mahasiswa tidaklah antipati terhadap investor yang datang. Namun demikian investor jangan sampai melakukan kerusakan alam. Terlebih jika investor tersebut hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat. “Jangan sampai cita-cita luhur pendiri bangsa ternodai gara-gara mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok,” Agus. (mam)