IMAM/ESKPRES |
Sarbon (40) salah satu penambang pasir di Kelurahan Tamanwinangun Kecamatan Kebumen ini salah satunya yang merasakan berkah banjir itu. Setelah sempat tak bisa menambang, dia kini bisa kembali beraktifitas pada Jumat (10/6/2016) lalu. "Banjir ternyata membuat pasir mudah didapat. "Hanya memang bercampur dengan lumpur sehingga lokasi tambang harus dibersihkan dulu," ujarnya, Minggu (12/6/2016).
Di tempat itu, para tambang pasir dilakukan dengan cara manual. Mereka mengambil pasir dengan peralatan sederhana. Setelah diambil dari sungai, pasir dibawa ke tempat penjualan yang berada sekitar 15 meter di atas sungai. Para penambang membawa pasir dengan “copo” maupun pikulan. Sedikit demi sedikit pasir dikumpulkan jika sudah mencapai satu colt, pasir akan dijual. Untuk satu colt, berisi sekitar 35 pikul atau sekitar 75 copo.
Tumin, penambang pasir lain mengatakan, untuk menghasilkan satu colt pasir, ia harus naik turun sebanyak 75 kali. Diakuinya itu sangat melelahkan sehingga para penambang pasir memilih tak berpuasa.
Menurut Sarbon, sedikitnya 20 orang warga Kelurahan Tamanwinangun yang mengandalkan mata pencahariannya dari menambang pasir. Rata-rata penambang mampu menghasikan satu colt pasir setiap harinya. "Sedangkan harga satu colt pasir berkisar Rp 100-110 ribu rupiah,” ujar pria yang sudah hampir tiga tahun menjadi penambang pasir tersebut.
Dijelaskannya, dulu sekitar tahun 2013 harga pasir per colt hanya Rp 55 ribu, seiring dengan berjalannya waktu harga pasir terus naik menjadi Rp 60 hingga kemudian mencapai Rp 100-110 ribu. (mam)