Beberapa Kali Gagal Eksperimen, Sekarang Sudah Punya Outlet
Melimpahnya produksi susu kambing etawa di Rembang, ditangkap Nurul Azizah Khoiriyah. Dia mengembangkan bisnis tersebut menjadi sabun kecantikan. Sudah dua tahun ini,
produknya banyak dipesan orang. Dia pun sudah mempunyai outlet sendiri.
-------------------
WISNU AJI, Rembang
------------------------
IBU muda satu ini cukup humoris. Setiap bertemu orang, senyum manisnya selalu terlihat. Bahkan terbilang aktif berkomunikasi. Orangnya selalu menyapa terlebih dulu.
Termasuk kepada Jawa Pos Radar Kudus yang kebetulan beberapa waktu lalu bertemu dengannya di acara lomba ternak.
Perempuan bernama Nurul Azizah Khoiriyah ini, sangat ramah. Dia pun mempersilakan mampir di stan miliknya yang menyajikan produk-produk susu dari kambing etawa. Oleh
ibu satu ini, susu etawa tidak hanya sekadar dijadikan minuman yang berkhasiat. Dia berinovasi dan mengembangkannya menjadi produk kecantikan. Salah satunya
dikreasikan menjadi sabun.
Nurul –sapaan akrabnya- mengaku, bukan peternak kambing etawa. Semula hanya melihat kambing etawa dengan potensi dan peluang besar. Sebab, mulai kotoran mampu
dijadikan sebuah pupuk, termasuk produksi susunya mampu dijadikan minuman.
Bersamaan produksi melimpah saat musim bunting, dia berinisiatif menjual dalam bentuk susu cair murni. Hanya saja, Nurul harus berpikir ulang. Sebab, susu kambing
tidak bertahan hingga 1-2 bulan. Akhirnya terbesit membuatnya dalam wujud sabun yang diklaim mampu bertahan lebih lama.
”Kelebihan sabunnya jelas. Di dalamnya ada estrak serai dan lemon. Kegunaannya mampu membersihkan jerawat dan flek di wajah,” kata perempuan kelahiran Rembang, 14
November 1987 ini.
Untuk membuat susu etawa dalam bentuk sabun, prosesnya cukup panjang. Dia mulai bereksperimen sejak 2011 lalu. Kemudian dari setiap proses tahapan, dicermati supaya
produknya sesuai dengan yang diinginkan.
Namun yang namanya belajar, Nurul sempat menjumpai kegagalan dalam memproduksi. Mulai sabunnya lembek dan mengeras. Akhirnya, pada pertengahan 2012 dia berhasil
membuat sabun dengan sempurna.
”Kebetulan uji cobanya bersama suami saya. Akhirnya saya mencoba mencari formulasi yang tepat, mulai minyak zaitun, sawit dan kelapa,” terang warga RT 3/RW 7 Desa
Kemadu, Sulang.
Nurul yang merupakan lulusan Undip Semarang jurusan kesehatan masyarakat, semakin membuatnya percaya diri memproduksi sabun itu dengan jumlah banyak. Sehari, rata-rata
mampu memproduksi 10 biji, yang formulasinya dipegang penuh dia dan suaminya. Saat ini, dia sudah dibantu dua karyawannya untuk pengemasan dan mengelupasi dari
cetakan.
”Awalnya alat manual diaduk dengan tangan. Setahun kemudian modifikasi dengan blender. Kemudian cetakan dengan menggunakan silikon,” ucap istri dari Ragil Bambang
Sumantri ini.
Disinggung pemasaran, dia tidak begitu repot, karena konsumen sering datang ke rumahnya. Namun tidak menutup kemungkinan banyak yang datang di outletnya, di Jalan
Pemuda, depan kantor Pertanian Rembang.
Untuk mendapatkan produk sabunnya, dia mengaku harga di tingkat reseler dibenderol hanya Rp 8.000. Kemudian dijual rata-rata Rp 10 ribu. ”Kita memang masih terpentok
izin BPOM. Karena olahan yang kita produksi selama ini wujudnya bahan baku susu. Kini tengah proses, dengan dibantu dari dinas terkait yang siap mengawalnya sampai
tingkat pusat,” imbuhnya. (noe/lil)
Melimpahnya produksi susu kambing etawa di Rembang, ditangkap Nurul Azizah Khoiriyah. Dia mengembangkan bisnis tersebut menjadi sabun kecantikan. Sudah dua tahun ini,
produknya banyak dipesan orang. Dia pun sudah mempunyai outlet sendiri.
-------------------
WISNU AJI, Rembang
------------------------
IBU muda satu ini cukup humoris. Setiap bertemu orang, senyum manisnya selalu terlihat. Bahkan terbilang aktif berkomunikasi. Orangnya selalu menyapa terlebih dulu.
Termasuk kepada Jawa Pos Radar Kudus yang kebetulan beberapa waktu lalu bertemu dengannya di acara lomba ternak.
Perempuan bernama Nurul Azizah Khoiriyah ini, sangat ramah. Dia pun mempersilakan mampir di stan miliknya yang menyajikan produk-produk susu dari kambing etawa. Oleh
ibu satu ini, susu etawa tidak hanya sekadar dijadikan minuman yang berkhasiat. Dia berinovasi dan mengembangkannya menjadi produk kecantikan. Salah satunya
dikreasikan menjadi sabun.
Nurul –sapaan akrabnya- mengaku, bukan peternak kambing etawa. Semula hanya melihat kambing etawa dengan potensi dan peluang besar. Sebab, mulai kotoran mampu
dijadikan sebuah pupuk, termasuk produksi susunya mampu dijadikan minuman.
Bersamaan produksi melimpah saat musim bunting, dia berinisiatif menjual dalam bentuk susu cair murni. Hanya saja, Nurul harus berpikir ulang. Sebab, susu kambing
tidak bertahan hingga 1-2 bulan. Akhirnya terbesit membuatnya dalam wujud sabun yang diklaim mampu bertahan lebih lama.
”Kelebihan sabunnya jelas. Di dalamnya ada estrak serai dan lemon. Kegunaannya mampu membersihkan jerawat dan flek di wajah,” kata perempuan kelahiran Rembang, 14
November 1987 ini.
Untuk membuat susu etawa dalam bentuk sabun, prosesnya cukup panjang. Dia mulai bereksperimen sejak 2011 lalu. Kemudian dari setiap proses tahapan, dicermati supaya
produknya sesuai dengan yang diinginkan.
Namun yang namanya belajar, Nurul sempat menjumpai kegagalan dalam memproduksi. Mulai sabunnya lembek dan mengeras. Akhirnya, pada pertengahan 2012 dia berhasil
membuat sabun dengan sempurna.
”Kebetulan uji cobanya bersama suami saya. Akhirnya saya mencoba mencari formulasi yang tepat, mulai minyak zaitun, sawit dan kelapa,” terang warga RT 3/RW 7 Desa
Kemadu, Sulang.
Nurul yang merupakan lulusan Undip Semarang jurusan kesehatan masyarakat, semakin membuatnya percaya diri memproduksi sabun itu dengan jumlah banyak. Sehari, rata-rata
mampu memproduksi 10 biji, yang formulasinya dipegang penuh dia dan suaminya. Saat ini, dia sudah dibantu dua karyawannya untuk pengemasan dan mengelupasi dari
cetakan.
”Awalnya alat manual diaduk dengan tangan. Setahun kemudian modifikasi dengan blender. Kemudian cetakan dengan menggunakan silikon,” ucap istri dari Ragil Bambang
Sumantri ini.
Disinggung pemasaran, dia tidak begitu repot, karena konsumen sering datang ke rumahnya. Namun tidak menutup kemungkinan banyak yang datang di outletnya, di Jalan
Pemuda, depan kantor Pertanian Rembang.
Untuk mendapatkan produk sabunnya, dia mengaku harga di tingkat reseler dibenderol hanya Rp 8.000. Kemudian dijual rata-rata Rp 10 ribu. ”Kita memang masih terpentok
izin BPOM. Karena olahan yang kita produksi selama ini wujudnya bahan baku susu. Kini tengah proses, dengan dibantu dari dinas terkait yang siap mengawalnya sampai
tingkat pusat,” imbuhnya. (noe/lil)