AZIZ/RADARBANYUMAS |
Jumlah pelancong itu total 25 orang. Rinciannya dari Kanada 20 orang, Amerika 2 orang, dan masing-masing 1 orang dari Inggris, Jerman dan Belanda. 16 diantaranya perempuan sedang 9 sisanya laki-laki yang kesemuanya rata-rata usianya belum menginjak kepala tiga. Di pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia itu, puluhan wisatawan yang ditemani seorang pemandu dari Pangandaran Jawa Barat, Yatino Sambas (48), mendirikan satu tenda yang bertuliskan free & easy traveler, menyiapkan batang-batang kayu untuk api unggun dan membawa 8 krat bir dan sejumlah mimunam beralkohol jenis arak.
Godfrey Benjamin Mark (28) warga Kanada yang memimpin puluhan wisatawan asing itu bercerita bahwa mereka menyeberang dari Pangandaran Jawa Barat dan tiba di Pantai Kalijati sekitar pukul 12.00 siang. Ia menyatakan tidak mendapat informasi dan tidak mengetahui bahwa pantai yang mereka tuju, merupakan bagian dari pulau Nusakambangan yang merupakan pulau penjara. Sepengatuan Godfrey yang akrab disapa Cody ini, pantai yang mereka tuju bernama Paradise Island yang ditawarkan oleh biro wisata mereka dan merupakan bagian paket wisata di Pangandaran.
"Saya tidak tahu. Setahu saya ini Paradise Island. Tempat yang sangat indah," katanya saat dimintai keterangan oleh imigrasi Cilacap dan anggota Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Cilacap pada Selasa (14/6) kemarin di Pantai Kalijati.
Lelaki yang berjambang lebat ini juga bercerita ongkos menuju pantai yang disebut Paradise Island itu 50 dollar per-orang dimana pemandu mereka membawa tiga perahu jenis kathir. Cody juga mengakui mereka memang berencana menginap di pantai yang tak berpenghuni tersebut. Ia juga mengatakan membawa banyak bir dari hotel tempat mereka menginap dan tak ada larangan dari siapapun.
"Kami di Pangandaran sejak Senin (13/6) kemarin. Baru hari ini di pulau ini. Saya juga pertama kali kesini, sangat indah pantainya. Besok (Rabu, 15/6-red) kami berencana ke Jogja," imbuhnya dengan bau alkohol menyengat.
Saat anggota Lanal Cilacap mendalami informasi tujuan kunjungan para warga negara asing (WNA) ke Ujung Barat Nusakambangan ini, didapatkan surat keterangan pemanduan yang dikeluarkan DPC Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kabupaten Pangandaran. Dalam surat itu ditunjuk Sambas untuk memandu 25 wisatawan dari Kanada ke tujuan wisata Paradise Island. Surat itu juga ditandatangi oleh Ketua DPC HPI Pangandaran, Tedi Kuswara.
Dikonfirmasi ke Sambas tentang surat tersebut, ia menyatakan Paradise Island memang bagian dari paket wisata Pangandaran setelah wisatawan ke grand canyon di Pangandaran. Ia mengakui memang tak menginformasikan pada wisatawan yang ia pandu bahwa tempat yang mereka tuju itu, merupakan bagian dari pulau penjara Nusakambangan dan semestinya tak dikunjungi. Ia mengaku, telah beberapa kali mengantar wisatawan asing ke ujung barat pulau nusakambangan ini sejak tiga tahun terakhir.
"Tahun ini baru ngantar ini. Saya baru tiga kali ngantar, satu tahun sekali. Pertama kali tiga tahun lalu," terang Sambas.
Saat ditanya mengapa ia tetap nekat memandu ke Pantai Kalijati Nusakambangan meski mengetahui terlarang, Sambas menyatakan ia hanya menjalankan tugas dari biro perjalanan wisata tempat ia bekerja di Pangandaran. Menurut pengakuannya, ia tak tahu mengenai biaya, tapi ia sendiri diberi upah Rp 1 juta untuk memandu. Sambas juga mengatakan tak berencana menginap kecuali terpaksa, dan mengatakan gubuk semi permanen tempat menyimpan bir dan makanan sudah ada sejak lama tanpa tahu menahu siapa yang mendirikan.
"Di gubuk ini memang ada tulisan paradise island, tapi saya gak tahu ini ada sejak kapan. Saya gak ada niat melanggar apapun, saya hanya cari uang saja," ujar Sambas. (ziz)