KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Tepat sepuluh hari sejak kasus bunuh diri menimpa seorang ibu muda bernama Siti Muemunah warga RT 2 RW 2 Desa Bocor Kecamatan Buluspesantren pada Selasa (13/6) lalu, kini kasus bunuh diri dengan cara gantung diri kembali terjadi di kabupaten berslogan Beriman ini. Kali ini terjadi di Desa Kebulusan Kecamatan Pejagoan, tepatnya RT 4 RW 1, Kamis (23/6/2016). Korban bernama Teguh Waluyo (34).
Keterangan Kapolres Kebumen, AKBP Alpen SH SIK MH melalui Kapolsek Pejagoan AKP R Widiyanto SH, kejadian itu diketahui sekitar pukul 16.30 WIB. Pertama kali, jenasah korban ditemukan Tri Pujiati (29) yang tidak lain adalah tetangga korban. "Saat itu, saksi melihat korban sudah terbujur kaku dan tergantung di pelapah pohon kelapa, yang berada di halaman belakang rumah miliknya," kata AKP R Widiyanto.
Kemudian, jenasah korban diturunkan oleh pasangan suami istri Sugito (54)-Yatin (50) yang merupakan orang tua korban. AKP R Widiyanto menambahkan, korban dikenal mengalami gangguan jiwa. Sebelum ditemukan meninggal, korban masih sempat telihat mencuci pakaian pada Kamis pagi. Sekitar 3 jam kemudian, korban meninggalkan rumah dan ditemukan sudah meninggal pada sore harinya.
Dari hasil pemeriksaan polisi, tak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. Penyebab kematian korban, kata AKP R Widiyanto, murni karena bunuh diri. Dari lokasi, polisi juga menemukan tali plastik warna biru dengan sepanjang 4 meter, yang telah digunakan oleh korban untuk gantung diri. "Berdasarkan keterangan keluarga, korban diketahui mengidap gangguan jiwa," ujarnya.
Kasus bunuh diri yang menimpa Teguh Waluyo hanya berselang sepuluh hari sejak kasus bunuh diri menimpa seorang ibu muda bernama Siti Muemunah warga RT 2 RW 2 Desa Bocor Kecamatan Buluspesantren pada Selasa (13/6) lalu. Teguh menjadi korban ke-10 di pertengahan 2016 ini.
Maraknya kasus bunuh diri di Kebumen mengundang keprihatinan banyak pihak. Pengamat sosial Kebumen, Nuryadi Wulantoro mengatakan, banyaknya kasus gantung diri di Kebumen menjadi alarm serius bagi kepemimpinan Bupati HM Yahya Fuad yang baru menjabat 6 bulan pertama di Kebumen. Banyaknya kasus bunuh diri serta masih adanya sejumlah kasus gizi buruk mengindikasikan ada yang keliru dalam menerapkan kebijakan. "Harus ada revolusi mental untuk memperbaikinya. Tentu saja di mulai dengan anggaran pembangunan yang lebih pro rakyat," katanya.
Dia juga meminta Pemkab dan jajarannya harus bisa “ngrumangsani” kondisi sosial ekonomi masyarakat Kebumen. Salah satunya dengan mengedepankan kepedulian sosial dan etika sosial.
Mendapati kenyataan seperti ini masyarakat patut mempertanyakan proses seleksi PNS Kabupaten Kebumen dan pelatihan-pelatihan yang di adakan Badan Kepegawaian Daerah. "Kenapa SDM yang tidak memiliki empati dan inovasi pelayanan lolos jadi PNS ? Ini tidak sesuai dengan visi dan misi bupati yang baru. Kualitas sumber daya seperti itu masih di bawah standar. Mereka tidak mampu bekerja. Pemkab tak perlu mempertahankan SDM seperti ini. Lebih baik di berhentikan agar tak membebani dan menghancurkan kinerja," ujarnya.(mam/cah)
Keterangan Kapolres Kebumen, AKBP Alpen SH SIK MH melalui Kapolsek Pejagoan AKP R Widiyanto SH, kejadian itu diketahui sekitar pukul 16.30 WIB. Pertama kali, jenasah korban ditemukan Tri Pujiati (29) yang tidak lain adalah tetangga korban. "Saat itu, saksi melihat korban sudah terbujur kaku dan tergantung di pelapah pohon kelapa, yang berada di halaman belakang rumah miliknya," kata AKP R Widiyanto.
Kemudian, jenasah korban diturunkan oleh pasangan suami istri Sugito (54)-Yatin (50) yang merupakan orang tua korban. AKP R Widiyanto menambahkan, korban dikenal mengalami gangguan jiwa. Sebelum ditemukan meninggal, korban masih sempat telihat mencuci pakaian pada Kamis pagi. Sekitar 3 jam kemudian, korban meninggalkan rumah dan ditemukan sudah meninggal pada sore harinya.
Dari hasil pemeriksaan polisi, tak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. Penyebab kematian korban, kata AKP R Widiyanto, murni karena bunuh diri. Dari lokasi, polisi juga menemukan tali plastik warna biru dengan sepanjang 4 meter, yang telah digunakan oleh korban untuk gantung diri. "Berdasarkan keterangan keluarga, korban diketahui mengidap gangguan jiwa," ujarnya.
Kasus bunuh diri yang menimpa Teguh Waluyo hanya berselang sepuluh hari sejak kasus bunuh diri menimpa seorang ibu muda bernama Siti Muemunah warga RT 2 RW 2 Desa Bocor Kecamatan Buluspesantren pada Selasa (13/6) lalu. Teguh menjadi korban ke-10 di pertengahan 2016 ini.
Maraknya kasus bunuh diri di Kebumen mengundang keprihatinan banyak pihak. Pengamat sosial Kebumen, Nuryadi Wulantoro mengatakan, banyaknya kasus gantung diri di Kebumen menjadi alarm serius bagi kepemimpinan Bupati HM Yahya Fuad yang baru menjabat 6 bulan pertama di Kebumen. Banyaknya kasus bunuh diri serta masih adanya sejumlah kasus gizi buruk mengindikasikan ada yang keliru dalam menerapkan kebijakan. "Harus ada revolusi mental untuk memperbaikinya. Tentu saja di mulai dengan anggaran pembangunan yang lebih pro rakyat," katanya.
Dia juga meminta Pemkab dan jajarannya harus bisa “ngrumangsani” kondisi sosial ekonomi masyarakat Kebumen. Salah satunya dengan mengedepankan kepedulian sosial dan etika sosial.
Mendapati kenyataan seperti ini masyarakat patut mempertanyakan proses seleksi PNS Kabupaten Kebumen dan pelatihan-pelatihan yang di adakan Badan Kepegawaian Daerah. "Kenapa SDM yang tidak memiliki empati dan inovasi pelayanan lolos jadi PNS ? Ini tidak sesuai dengan visi dan misi bupati yang baru. Kualitas sumber daya seperti itu masih di bawah standar. Mereka tidak mampu bekerja. Pemkab tak perlu mempertahankan SDM seperti ini. Lebih baik di berhentikan agar tak membebani dan menghancurkan kinerja," ujarnya.(mam/cah)