KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Bengkoang. Siapa tak mengenalnya. Buah berasa manis itu tak hanya membuat Kecamatan Prembun dikenal di seluruh nusantara. Kebumen pun ikut terangkat namanya berkat bengkoang.
Adalah sejumlah warga desa di kecamatan Prembun ini yang mempopulerkan bengkoang. Seperti pasangan suami istri M Mudakir (70) dan Sukiyah (65) ini. Keduanya bersama puluhan orang lain setia menjajakan bengkoang di pinggir jalan. Mencegat pemudik dan menanti berkah dari bengkoang.
"Yang beli bengkoang biasanya dari luar kota yang kebetulan lewat di Kebumen. Mereka berasal dari Jakarta, jawa Timur bahkan luar jawa," kata Mudakir ditemui saat menjajakan dagangannya di Jalan raya Prembun Kebumen-Jogja baru-baru ini.
Mudakir beserta istrinya, Sukiyah mengaku sudah 19 tahun berdagang bengkoang. Mulanya, hanya sedikit yang berdagang di pinggir jalan. Seiring waktu pedagang makin banyak. "Sekarang mungkin ada 50 orang. Mereka sebagian adalah keluarga," katanya diamini Sukiyah.
Tak heran, bengkoang menjadi salah satu sumber nafkah bagi sebagian warga desa di Kecamatan Prembun. Berkah bengkoang akan semakin terasa "manis" saat musim lebaran seperti ini. "Banyak pemudik yang memborong bengkoang" katanya tersenyum lebar.
Mudakir menceritakan, biasanya mereka menanam sendiri bengkoang di lahan yang mereka miliki di Desa Sidogede Kecamatan Prembun. Kalau tidak, mereka membelinya dari petani lain. Baik di sejumlah desa di Kecamatan Prembun atau desa-desa di Kecamatan Mirit.
"Kalau musim lebaran kali ini, bengkoang dijual Rp 6 ribu-Rp 7 ribu. Biasanya Rp 3 ribu sampai 5 ribu," ujar Mudakir.
Hendrik, pemudik asal Jawa Barat mengaku menyukai bengkoang karena rasanya yang manis. "enak bengkoang. Ini buat orang rumah," ujarnya ditemui saat memborong bengkoang dari lapak Mudakir. (cah)
Adalah sejumlah warga desa di kecamatan Prembun ini yang mempopulerkan bengkoang. Seperti pasangan suami istri M Mudakir (70) dan Sukiyah (65) ini. Keduanya bersama puluhan orang lain setia menjajakan bengkoang di pinggir jalan. Mencegat pemudik dan menanti berkah dari bengkoang.
"Yang beli bengkoang biasanya dari luar kota yang kebetulan lewat di Kebumen. Mereka berasal dari Jakarta, jawa Timur bahkan luar jawa," kata Mudakir ditemui saat menjajakan dagangannya di Jalan raya Prembun Kebumen-Jogja baru-baru ini.
Mudakir beserta istrinya, Sukiyah mengaku sudah 19 tahun berdagang bengkoang. Mulanya, hanya sedikit yang berdagang di pinggir jalan. Seiring waktu pedagang makin banyak. "Sekarang mungkin ada 50 orang. Mereka sebagian adalah keluarga," katanya diamini Sukiyah.
Tak heran, bengkoang menjadi salah satu sumber nafkah bagi sebagian warga desa di Kecamatan Prembun. Berkah bengkoang akan semakin terasa "manis" saat musim lebaran seperti ini. "Banyak pemudik yang memborong bengkoang" katanya tersenyum lebar.
Mudakir menceritakan, biasanya mereka menanam sendiri bengkoang di lahan yang mereka miliki di Desa Sidogede Kecamatan Prembun. Kalau tidak, mereka membelinya dari petani lain. Baik di sejumlah desa di Kecamatan Prembun atau desa-desa di Kecamatan Mirit.
"Kalau musim lebaran kali ini, bengkoang dijual Rp 6 ribu-Rp 7 ribu. Biasanya Rp 3 ribu sampai 5 ribu," ujar Mudakir.
Hendrik, pemudik asal Jawa Barat mengaku menyukai bengkoang karena rasanya yang manis. "enak bengkoang. Ini buat orang rumah," ujarnya ditemui saat memborong bengkoang dari lapak Mudakir. (cah)