IMAM/ESKPRES |
Pendirian koperasi inklusif yang juga menjual sembako serta warung mie ayam dan bakso itu dilaunching pada tanggal 29 Juni 2016 lalu. Hingga kini pembeli bakso maupun mie ayam sudah lumanyan banyak. Meskipun rata-rata pembeli masih merupakan komunitas difabel.
Penjual Mie Ayam dan Bakso pada rumah Inklusif Puji Ahmad (36) menuturkan, pendirian basis ekonomi sangat penting bagi komunitas difabel. Hal ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran untuk para penyandang disabilitas agar dapat berwirausaha dengan baik. Selain itu keuntungan dari usaha tersebut, juga dapat untuk membiayai kegiatan-kegiatan rumah Inklusif. “Kebutuhan orang tua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus sangat banyak,” tuturnya, Jumat (15/7/2016).
Puji yang merupakan orang tua dari anak berkebutuhan khusus itu pun menjelaskan pengalamannya. Saat anaknya masih kecil, dia sebagai orang tua telah banyak sekali melakukan upaya untuk kesembuhan anaknya. Mulai berobat secara medis seperti ke rumah sakit dan layanan kesehatan lainnya, maupun mengupayakan kesembuhan melalui jalur alternatif. “Semua itu memerlukan biaya dan biaya yang diperlukan tidaklah sedikit,” terangnya.
Selain itu anak berkebutuhan khusus juga kerap diterapi, dan setiap kali terapi pasti membutuhkan biaya. Anak berkebutuhan khusus juga berbeda dengan anak lainya. Menurutnya, anak berkebutuhan khusus jika meminta sesuatu sulit untuk ditangguhkan. Anak akan terus meminta selama apa yang diminta belum terpenuhi. “Maka dari itu penguatan ekonomi sangat penting untuk keluarga yang mempunyai anak berkebutuhan khusus,” paparnya.
Sementara itu salah satu pengurus rumah Inklusif Human Rimba mengatakan apa yang dilaksanakan oleh rumah Inklusif merupakan sebuah awal dari gerakan ekonomi komunitas difabel. Sebelum mendirikan basis ekonomi, terlebih dahulu komunitas mengikuti pelatihan kewirausahaan. Hasil dari pelatihan tersebut dituangkan dalam tindakan nyata yakni mendirikan usaha. “Mudah-mudahan kedepan akan berkembang dengan baik,” ucapnya. (mam)