ilustrasi |
Saebani (35) salah satu Petani warga Desa Jatimulyo Kecamatan Alian mengatakan, biasanya pada Bulan Juni sudah mulai memasuki bulan kemarau ditandai dengan turunnya intensitas hujan. Kondisi itu membuat petani kembali bersiap menggarap sawah usai MT II dan menanam palawija.
Namun, itu belum bisa mereka lakukan tahun ini karena hingga pertengahan Juli ini saja, intensitas hujan masih tergolong tinggi. Bila nekat menanam, mereka khawatir palawija tak dapat tumbuh dengan baik dan berakhir dengan gagal panen. "Tanaman palawija tidak akan tumbuh dengan baik atau bahkan mati saat terguyur hujan. Saya sendiri belum tahu mau bagaimana ini nanti,” tuturnya, Kamis (21/7).
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kebumen Ir Pudji Rahayu mengatakan, masa panen pada MT 2 ini akan berakhir pada Bulan September mendatang. Jika Pada Bulan September hujan masih tinggi tentunya petani tidak dapat menanam palawija. Namun jika hujan sudah mulai mereda, petani dapat menanam Kedelai ataupun kacang hijau. “Kalau hujan masih tinggi jelas tidak berani untuk nenanam palawija,” tegasnya.
Menurutnya, sesuai dengan perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena alam La Nina akan datang mulai Juli 2016. Ini akan berimbas datangnya hujan pada musim kemarau, atau disebut juga dengan kemarau basah. Kendati terdapat hujan namun petani tidak direkomendasikan untuk menanam padi. “Selain menghawatirkan akan hasil panen, penanaman padi secara terus-menerus dalam menyebabkan munculnya hama penyakit, sebab tidak ada pemutus mata rantai hama,” terangnya.
Selain itu akibat bencana banjir yang melanda beberapa di beberapa wilayah di Kabupaten Kebumen, telah membuat delapan hektar sawah puso. Kendati demikian hal itu tidak berdampak besar pada target perolehan hasil panen padi di tahun 2016. “Menjelang panen diharapkan para petani selalu mengawasi tanaman padinya. Jika ada serangan hama diharapkan segera lapor kepada dinas. Hal ini agar dapat diantisipasi supaya tidak menyebar,” ucapnya. (mam)