IMAM/EKSPRES |
KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Tiga belas hari berlalu sudah sejak bencana banjir bandang dan longsor melanda Kabupaten Kebumen pada 19 Juni kemarin. Namun, sisa-sisa dashyatnya bencana masih terasa hingga kini. Tak hanya itu, bencana itu juga menimbulkan traumatis bagi para korban terdampak bencana.
Esti Rahayu (40) warga Desa Jatiroto Kecamatan Buayan yang terdampak banjir menyampaikan, dashyatnya bencana membuatnya masih trauma hingga saat ini.
Banjir akibat luapan sungai Kalibantan membuat sejumlah infrastruktur di Desa Jatiroto rusak. Selain itu, ketinggian banjir yang sempat mencapai dagu orang dewasa itu juga merusak rumah dan membuat puluhan penghuninya sempat mengungsi. Juga, merendam hektaran sawah dan membuat tanggul jebol. "Sampai saat ini, kalau hujan turun saya masih was-was," katanya ditemui Jumat (1/7/2016).
Menurut Kadus I desa setempat Sarwono, banjir telah membuat akses desa berupa jembatan putus. Akibatnya warga yang seharusnya hanya berjalan 50 meter, kini harus memutar dengan jarak tempuh 1 Km. Padahal jembatan menjasi akses utama bagi masyarakat dari beberapa desa di wilayah Kecamatan Buayan untuk menuju ke pasar. “Karena ini, merupakan akses utama, maka warga membuat jembatan darurat dengan biaya Rp 20 juta, secara gotong-royong dan swadaya,” jelasnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten (BPBD) Kebumen Eko Widiyanto mengatakan, bencana banjir, angin dan tanah longsor melanda 14 desa empat kecamatan masing-masing Rowokele, Sempor, Ayah dan Buayan. Akibatnya, jatuh korban jiwa sebanyak 8 orang. Dua orang di Kecamatan Buayan dan Rowokele karena banjir dan angin kencang, sementara 6 lainnya tertimbun longsor di Desa Sampang Kecamatan Sempor.
Selain itu, 18 jembatan rusak dari skala ringan hingga parah, 80 rumah rusak 4 sekolah terendam banjir termasuk 8 sarana ibadah dan 20 tanggul irigasi jebol serta 8 hektar tanaman padi terancam puso. "Hitungan kami kerugian akibat bencana ini sekitar Rp 49.045. 610. 000," kata Eko yang kemarin bersama Kabid Kedaruratan dan Logistik, Drs Muhyidin.
Menurut Muhyidin, banjir yang terjadi di tahun ini memang menjadi yang terbesar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tak heran bila banjir mengakibatkan kerusakan besar pada sejumlah infrastruktur. Dalam hal ini, pemkab masih menetapkan masa darurat tanggap bencana hingga 18 Juli mendatang. Adapun yang menjadi fokus pemerintah adalah memperbaiki sarana dan prasarana yang rusak. Termasuk, memulihkan kondisi kejiwaan para korban terdampak banjir.(mam)