IMAM/EKSPRES |
Salah satu jasa penjual genteng Dayat (45) warga setempat mengatakan, saat ini memang masa sangat sepi bagi usaha genteng. Bahkan selama tiga bulan, terdapat jasa penjual genteng yang sama sekali tidak mendapatkan konsumen. “Jika dulu pada masa ramai penghasilnnya tidak ditabung, pasti saat ini jasa penjual genteng akan mengalami kesulitan ekonomi,” tuturnya, Senin (18/7/2016).
Menurutnya, banyak faktor yang menjadi penyebab turunnya permintaan genteng, mulai dari minimnya permintaan genteng untuk proyek pemerintah hingga produk genteng tanah liat kalah dengan produk atap lainnya seperti seng, asbes atapun genteng kramik. “Yang banyak meminta genteng kan proyek, seperti sekolahan, kantor, pasar dan lain-lain. Kalau semuanya sudah tidak menggunakan genteng otomatis permintaan akan menurun drastis,” terangnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Rizki (25) salah satu penjual genteng warga setempat. Menurutnya meski kini di Kebumen sedang dibangun tiga pasar, yakni Pasar Bocor Kecamatan Buluspesantren, Pasar Kuwarasan dan Pasar Candirenggo Kecamatan Ayah. Namun dari ketiga pasar tersebut tidak ada yang menggunakan atap genteng. Bila penggunaan atap ketiga pasar tersebut menggunakan genteng, pasti akan membutuhkan banyak genteng. “Jika ketiga pasar tersebut menggunakan atap genteng pasti akan banyak sekali permintaan,” terangnya, sembari menambahkan jika pemerintah menggunakan genteng sebagai atap dari setiap proyek baik itu sekolah, pasar dan perkantoran, tentunya akan lebih membantu perekonomian warga Kebumen.
Sementara itu, Kabid Pasar Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pengelolaan Pasar (Disperindagsar) Kebumen Drs Sigit Basuki mengatakan, jika atap pasar menggunakan genteng maka akan membutuhkan banyak tiang penyangga. Sebab beban genteng sangat berat. Padahal ruang dapat digunakan secara maksimal terlebih pada area los, harusnya mengurangi jumlah tiang. “Kalau genteng harus membutuhkan banyak tiang, ini akan membutuhkan banyak ruang,” paparnya.
Selain itu, jika menggunakan genteng lanjutnya, kemiringan atap minimal harus 30 derajat. Jika kurang dari itu, air akan sulit mengalir dan tempias. Atap genteng juga lebih membutuhkan perawatan terlebih saat ada kebocoran ataupun genteng yang pecah. padahal kondisi atap pasar sangat tinggi.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala DPU Kebumen Slamet Mustholkah ST MT. Menurutya sesuai kontruksi tiang penyangga memang harus lebih banyak jika menggunakan atap genteng. Jika tiangnya banyak otomatis akan memakan banyak ruang. “Untuk lebih efektifnya dalam penggunaan ruang maka tiang harus lebih sedikit,” ucapnya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, pembangunan pasar dimulai pada Bulan Mei hingga Desember mendatang. Lelang pembangunan tersebut dilaksanakan pada Bulan April lalu. Untuk pasar Bocor luas bangunan mencapai 3.020 meter persegi. Anggaran bangunan Rp 3.613.000 permeter persegi. Nantinya Pasar Bocor juga akan dilengkapi dengan klinik dan ruang menyusui (Laktasi), mushola, MCK, area Parkir, area bongkar muatan, tempat sampah dan ruang hijau. (mam)