JAKARTA - Kepolisian Republik Indonesia (Polri) punya nahkoda baru. Kemarin (13/7), Tito Karnavian resmi dilantik oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Kapolri yang baru, menggantikan Badrodin Haiti yang purna tugas.
"Saya minta Saudara untuk fokus pada dua hal. Pertama, jaga persatuan, kekompakan, soliditas internal Polri. Kedua, lakukan reformasi Polri secara menyeluruh dan konsisten," ujar Presiden Jokowi saat menyampaikan pesan kepada Tito, di Istana Negara kemarin (13/7).
Persatuan, kekompakan, dan soliditas menjadi kata kunci sekaligus prioritas pertama yang diamanatkan untuk Tito. Jokowi sepertinya mafhum, momen pelantikan itu seolah menjadi ujung dari pencarian panjang sosok Kapolri yang sempat diwarnai beragam kontroversi dan menguras energi.
Tentu masih terpaku dalam ingatan publik. Jelang Kapolri Sutarman pensiun pada April 2015 lalu, sosok Komjen Budi Gunawan (BG) lah yang muncul sebagai kandidat kuat. Jenderal yang dikenal dekat dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri itu yang lantas diajukan ke DPR. Satu kaki BG sudah menapak ke kursi Kapolri saat DPR menyetujui pencalonannya.
Lalu, tiba-tiba Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkannya sebagai tersangka. Dari situlah drama dimulai. Perseteruan Polri dan KPK memanas, kriminalisasi pimpinan KPK, gerakan massa pendukung KPK, praperadilan yang akhirnya membebaskan BG dari status tersangka, termasuk tekanan politik ke Jokowi, mewarnai periode suram itu. Hingga akhirnya, Jokowi mengambil jalan tengah dengan memilih Badrodin Haiti (Wakapolri saat itu) untuk menggantikan Sutarman.
Menjelang Badrodin pensiun, nama BG kembali mencuat sebagai calon Kapolri dan lagi-lagi mendapat dukungan kuat dari beberapa partai politik. Lalu ketika tiba-tiba Jokowi memilih Tito Karnavian, sosok jenderal bintang 3 yang relatif muda, bayang kekhawatiran terjadinya friksi di internal Polri disuarakan banyak pihak.
Itulah yang ingin diredam Jokowi. Itu pula yang sepertinya yang ada dalam benak puluhan jenderal polisi bintang 1, 2, dan 3 yang kemarin hadir menyaksikan pelantikan Tito di Istana Negara. Karena itu, prosesi pelantikan terasa berjalan normal saja, mulai dari derap lagu Indonesia Raya yang dibawakan marching band Paspampres, pembacaan sumpah jabatan, prosesi kenaikan pangkat, penandatanganan berita acara, hingga sambutan Presiden Jokowi.
Lalu, tibalah pada momen pemberian ucapan selamat kepada Tito. Dimulai dari Presiden Jokowi, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri, diikuti para menteri dan pejabat tinggi negara lainnya, termasuk Badrodin Haiti.
Hingga akhirnya, tibalah saat ketika BG memberikan selamat, menjabat tangan Tito, lalu keduanya melakukan salam komando senyum tersungging dari wajah keduanya. Tanpa dikomando, tepuk tangan meriah puluhan perwira tinggi Polri pun pecah di dalam Istana Negara. Wajah mereka semringah menyaksikan keakraban Tito dan BG.
Diantara mereka ada Irwasum Polri Komjen Pol Dwi Priyatno, Kalemdikpol Komjen Pol Syafruddin, Kabaintelkam Komjen Pol Nur Ali, Sestama Lemhanas Komjen Pol Suhardi Alius, dan perwira bintang 1 dan 2 lainnya. Hanya Kepala BNN Komjen Budi Waseso tak terlihat hadir.
Menjaga soliditas internal Polri, rupanya juga sudah menjadi prioritas Tito. Usai dilantik, pria berusia 51 tahun kelahiran Palembang 26 Oktober 1964 itu mengakui, soliditas harus dibangun di semua level, baik level senior hingga yunior. "Polri harus lebih solid," ujarnya. "Di level elite pimpinan, saya menyadari banyak senior, ada yunior, saya juga yunior di situ," imbuhnya.
Meski begitu, Tito optimistis jika sinyal soliditas itu terekam kian kuat. Dia menyebut, sejak pengumuman pencalonan sebagai Kapolri, Tito memang sudah melakukan langkah simpatik dengan roadshow bertemu para seniornya, khususnya jenderal bintang 3.
"Hari ini, bisa dilihat juga hampir semua (jenderal) bintang dua ke atas yang di Jakarta juga hadir (di acara pelantikan di Istana Negara). Kemudian yang bintang 3 juga hadir. Dan saya kira banyak memberikan dukungan-dukungan," ucap Tito.
Duetnya bersama BG pun sudah dimulai. Tito menyebut, untuk menjalankan reformasi Polri sebagaimana yang diamanatkan presiden, dirinya sudah punya 10 program yang sudah dipaparkannya pada saat penyampaian visi misi ketika fit and proper test di DPR. "Untuk itu, Pak Wakapolri (BG) sudah menyiapkan langkah-langkah taktisnya," ujarnya.
Diwawancara usai pelantikan Tito, BG mengaku memang sudah menyiapkan langkah-langkah untuk menjalan 10 program yang diusung Tito. "Salah satunya terkait upaya meningkatkan soliditas Polri, seperti pesan Pak Presiden tadi," katanya.
Menurut BG, untuk melaksanakan 10 program itu, dirinya bersama petinggi Polri lain sudah menyiapkan detil target program 100 hari, satu tahun, hingga program lima tahunan. "Detilnya nanti kita declare setelah commander wish Jumat nanti (besok, Red)," ucapnya. Commander wish adalah tradisi penyampaian harapan dan kebijakan pimpinan kepada seluruh anggota kepolisian.
Tito menambahkan, salah satu program unggulannya terkait peningkatan pelayanan publik adalah melalui pemanfaatan teknologi informasi (TI). Selain itu, perbaikan juga akan dilakukan mulai dari hulu, yakni dengan merekrut kandidat-kandidat terbaik yang akan masuk ke Kepolisian. "Kalau memilih orang yang tidak tepat, orang yang salah, bukan mereka nanti akan menjadi pelindung pengayom, tapi akan menjadi pengganggu masayarakat," urainya.
Masih adanya pungutan liar (pungli) oleh oknum Kepolisian memang juga menjadi perhatian Presiden Jokowi. Karena itu, dia meminta agar polisi memberikan layanan mudah kepada masyarakat, serta bebas pungli. "Juga berantas dengan tegas praktek-praktek mafia hukum, serta makelar kasus di kepolisian," ujar Jokowi. (owi)
"Saya minta Saudara untuk fokus pada dua hal. Pertama, jaga persatuan, kekompakan, soliditas internal Polri. Kedua, lakukan reformasi Polri secara menyeluruh dan konsisten," ujar Presiden Jokowi saat menyampaikan pesan kepada Tito, di Istana Negara kemarin (13/7).
Persatuan, kekompakan, dan soliditas menjadi kata kunci sekaligus prioritas pertama yang diamanatkan untuk Tito. Jokowi sepertinya mafhum, momen pelantikan itu seolah menjadi ujung dari pencarian panjang sosok Kapolri yang sempat diwarnai beragam kontroversi dan menguras energi.
Tentu masih terpaku dalam ingatan publik. Jelang Kapolri Sutarman pensiun pada April 2015 lalu, sosok Komjen Budi Gunawan (BG) lah yang muncul sebagai kandidat kuat. Jenderal yang dikenal dekat dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri itu yang lantas diajukan ke DPR. Satu kaki BG sudah menapak ke kursi Kapolri saat DPR menyetujui pencalonannya.
Lalu, tiba-tiba Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkannya sebagai tersangka. Dari situlah drama dimulai. Perseteruan Polri dan KPK memanas, kriminalisasi pimpinan KPK, gerakan massa pendukung KPK, praperadilan yang akhirnya membebaskan BG dari status tersangka, termasuk tekanan politik ke Jokowi, mewarnai periode suram itu. Hingga akhirnya, Jokowi mengambil jalan tengah dengan memilih Badrodin Haiti (Wakapolri saat itu) untuk menggantikan Sutarman.
Menjelang Badrodin pensiun, nama BG kembali mencuat sebagai calon Kapolri dan lagi-lagi mendapat dukungan kuat dari beberapa partai politik. Lalu ketika tiba-tiba Jokowi memilih Tito Karnavian, sosok jenderal bintang 3 yang relatif muda, bayang kekhawatiran terjadinya friksi di internal Polri disuarakan banyak pihak.
Itulah yang ingin diredam Jokowi. Itu pula yang sepertinya yang ada dalam benak puluhan jenderal polisi bintang 1, 2, dan 3 yang kemarin hadir menyaksikan pelantikan Tito di Istana Negara. Karena itu, prosesi pelantikan terasa berjalan normal saja, mulai dari derap lagu Indonesia Raya yang dibawakan marching band Paspampres, pembacaan sumpah jabatan, prosesi kenaikan pangkat, penandatanganan berita acara, hingga sambutan Presiden Jokowi.
Lalu, tibalah pada momen pemberian ucapan selamat kepada Tito. Dimulai dari Presiden Jokowi, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri, diikuti para menteri dan pejabat tinggi negara lainnya, termasuk Badrodin Haiti.
Hingga akhirnya, tibalah saat ketika BG memberikan selamat, menjabat tangan Tito, lalu keduanya melakukan salam komando senyum tersungging dari wajah keduanya. Tanpa dikomando, tepuk tangan meriah puluhan perwira tinggi Polri pun pecah di dalam Istana Negara. Wajah mereka semringah menyaksikan keakraban Tito dan BG.
Diantara mereka ada Irwasum Polri Komjen Pol Dwi Priyatno, Kalemdikpol Komjen Pol Syafruddin, Kabaintelkam Komjen Pol Nur Ali, Sestama Lemhanas Komjen Pol Suhardi Alius, dan perwira bintang 1 dan 2 lainnya. Hanya Kepala BNN Komjen Budi Waseso tak terlihat hadir.
Menjaga soliditas internal Polri, rupanya juga sudah menjadi prioritas Tito. Usai dilantik, pria berusia 51 tahun kelahiran Palembang 26 Oktober 1964 itu mengakui, soliditas harus dibangun di semua level, baik level senior hingga yunior. "Polri harus lebih solid," ujarnya. "Di level elite pimpinan, saya menyadari banyak senior, ada yunior, saya juga yunior di situ," imbuhnya.
Meski begitu, Tito optimistis jika sinyal soliditas itu terekam kian kuat. Dia menyebut, sejak pengumuman pencalonan sebagai Kapolri, Tito memang sudah melakukan langkah simpatik dengan roadshow bertemu para seniornya, khususnya jenderal bintang 3.
"Hari ini, bisa dilihat juga hampir semua (jenderal) bintang dua ke atas yang di Jakarta juga hadir (di acara pelantikan di Istana Negara). Kemudian yang bintang 3 juga hadir. Dan saya kira banyak memberikan dukungan-dukungan," ucap Tito.
Duetnya bersama BG pun sudah dimulai. Tito menyebut, untuk menjalankan reformasi Polri sebagaimana yang diamanatkan presiden, dirinya sudah punya 10 program yang sudah dipaparkannya pada saat penyampaian visi misi ketika fit and proper test di DPR. "Untuk itu, Pak Wakapolri (BG) sudah menyiapkan langkah-langkah taktisnya," ujarnya.
Diwawancara usai pelantikan Tito, BG mengaku memang sudah menyiapkan langkah-langkah untuk menjalan 10 program yang diusung Tito. "Salah satunya terkait upaya meningkatkan soliditas Polri, seperti pesan Pak Presiden tadi," katanya.
Menurut BG, untuk melaksanakan 10 program itu, dirinya bersama petinggi Polri lain sudah menyiapkan detil target program 100 hari, satu tahun, hingga program lima tahunan. "Detilnya nanti kita declare setelah commander wish Jumat nanti (besok, Red)," ucapnya. Commander wish adalah tradisi penyampaian harapan dan kebijakan pimpinan kepada seluruh anggota kepolisian.
Tito menambahkan, salah satu program unggulannya terkait peningkatan pelayanan publik adalah melalui pemanfaatan teknologi informasi (TI). Selain itu, perbaikan juga akan dilakukan mulai dari hulu, yakni dengan merekrut kandidat-kandidat terbaik yang akan masuk ke Kepolisian. "Kalau memilih orang yang tidak tepat, orang yang salah, bukan mereka nanti akan menjadi pelindung pengayom, tapi akan menjadi pengganggu masayarakat," urainya.
Masih adanya pungutan liar (pungli) oleh oknum Kepolisian memang juga menjadi perhatian Presiden Jokowi. Karena itu, dia meminta agar polisi memberikan layanan mudah kepada masyarakat, serta bebas pungli. "Juga berantas dengan tegas praktek-praktek mafia hukum, serta makelar kasus di kepolisian," ujar Jokowi. (owi)