KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Wacana Pemkab Kebumen yang akan merevitalisasi Tugu Lawet menjadi polemik dikalangan masyarakat. Sejumlah masyarakat menuding rencana tersebut melanggar regulasi yang ada. Hal itu lantaran Tugu Lawet dianggap sebagai lambang Kabupaten Kebumen.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Hery Setyanto, menegaskan yang terdapat dalam lambang Kabupaten Kebumen bukan Tugu Lawet melainkan Burung Lawet. "Sehingga revitalisasi Tugu Lawet tidak berkaitan langsung dengan perubahan lambang kabupaten," kata Hery Setyanto, kepada Kebumen Ekspres, Selasa (30/8/2016).
Hery menjelaskan, rencana revitalisasi tersebut akan dimulai dengan penyusunan desain Tugu Lawet dan Tagline Kota Kebumen. "Sedangkan prosesnya akan dilaksanakan dalam waktu dekat dengan metode sayembara," ujarnya.
Menurutnya, metode sayembara digunakan agar proses ini menjadi perhatian khalayak nasional. Tidak hanya warga kebumen saja yang dapat berpartisipasi. Namun juga masyarakat dari berbagai daerah. "Hal ini tentunya akan semakin memperkenalkan kebumen di kancah nasional," tegasnya.
Sayembara tersebut, lanjut dia, akan melibatkan tim atau juri yang tahu dan memahami tentang sejarah Kebumen. Selain juga, tokoh-tokoh representatif kearifan lokal Kebumen, serta pihak-pihak yang ahli dibidang desain arsitektur dan city branding.
Nantinya hasil dari sayembara tersebut, baik desain tugu lawet ataupun city branding akan menjadi hak sepenuhnya pemerintah daerah. Yang bisa saja ditindaklanjuti dengan pengkajian yang lebih dalam melalui FGD-FGD di berbagai lapisan masyarakat. "Hal ini menjadi penting untuk meyakinkan bahwa desain dan tagline tersebut memang disetujui dan sesuai dengan aspirasi masyarakat Kebumen," imbuhnya.
Pada kesempatan itu, Hery juga menanggapi adanya respon masyarakat yang beranggapan bahwa Tugu Lawet akan dibongkar. Ia menegaskan bahwa Tugu Lawet bukan dibongkar namun direvitalisasi. Yaitu untuk meningkatkan fungsi dari Tugu Lawet tersebut. "Bapak Bupati juga tidak pernah mengatakan akan membongkar, namun merevitalisasi," tegas Hery.
Ia menjelaskan, berbeda sekali antara makna revitalisasi dengan membongkar. Revitalisasi merupakan proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali sesuatu yang sudah ada. Dengan kata lain, Pemkab Kebumen ingin menghadirkan Tugu Lawet yang lebih indah, lebih berfungsi,lebih modern tanpa meninggalkan ruh tradisi dan historinya.
Hal sama juga diungkap Kasubdit Pemerintah pada Bappeda Bahrun Munawir SSTP MSI. Dia kembali menegaskan, tidak pernah menyebut tugu lawet akan dibongkar melainkan direvitalisasi. Definisinya yakni memoles sesuatu yang sudah ada. Revitalisasi adalah memperindah sesuatu yang sudah ada. Maka apa yang sudah ada diperbaiki menjadi sesuatu yang lebih baik.
Dijelaskannya, kondisi Tugu Lawet yang ada, akan diperbaiki, seperti penambahan air mancur dan lain sebagainya. Dengan demikian maka pemahaman pembongkaran Tugu Lawet belum tentu tepat. Sebab revitalisasi bukan pembongkaran melainkan perbaikan, atau pembaharuan agar lebih baik. “Saya belum pernah mendengar kalau bupati akan membongkarnya. Yang saya tahu merevitalisasi,” tuturnya.
Setelah Bupati menyampaikan hal itu lanjutnya, maka disiapkanlah anggaran untuk sayembara desain Tugu Lawet yakni Rp 46 juta. Namun yang dimaksud desain Tugu Lawet baru, bukan berarti desain ulang total, melainkan desain sekitarnya. Kini dengan semakin banyak pembanguan gedung tinggi, membuat Tugu Lawet terkesan tenggelam. Maka dari itu perlu ada revitalisasi. “Ini baru mencari masukan dari masyarakat, makanya ada sayembara. Artinya akan banyak pertimbangan dalam proses perubahan Tugu Lawet, mulai dari teknologi pembangunan dan lain sebagianya, semua itu nantinya akan menjadi keputusan bersama. Pada tahun 2016 ini, hanya baru dianggarkan sayembaranya saja,” paparnya.
Adanya pro dan kontra menurut Bahrun Munawir merupakan hal yang positif. Keberadaan Tugu Lawet yang merupakan ikon kabupaten berselogan beriman ini benar-benar terdapat hati masyarakat. “Adanya pro dan kontra juga menunjukan tingginya partisipasi masyarakat dalam program tata kelola kota,” ucapnya.
Rencana Pemkab Kebumen untuk merevitalisasi salah satu ikon kota penghasil lawet ini mendapat respon yang beragam dari masyarakat. Keberadaan Tugu Lawet memang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kota kebumen. Hal ini karena pada Tugu Lawet menggambarkan semangat dan daya juang tinggi masyarakat Kebumen untuk meraih kesuksesan, yang digambarkan dengan burung lawet. Sehingga sangat wajar apabila masyarakat memberikan perhatian lebih tentang Tugu Lawet ini.
Bupati Kebumen Mohammad Yahya Fuad, pada Rapat Pembahasan City Branding dan Tagline Kebumen beberapa waktu yang lalu, menyampaikan bahwa fokus pembangunan Kebumen selain diarahkan pada penanggulangan kemiskinan. Juga pada city branding yang diawali dengan revitalisasi Tugu Lawet dan tagline kota Kebumen.
Bupati mengungkapkan, setiap zaman mempunyai ikon, dan setiap ikon mempunyai zamannya masing-masing. "Begitu juga ikon Tugu Lawet yang sekarang perlu mendapat sentuhan desain dan seni modern tanpa meninggalkan ruh tradisi dan historisnya," tandasnya.(ori/mam)
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Hery Setyanto, menegaskan yang terdapat dalam lambang Kabupaten Kebumen bukan Tugu Lawet melainkan Burung Lawet. "Sehingga revitalisasi Tugu Lawet tidak berkaitan langsung dengan perubahan lambang kabupaten," kata Hery Setyanto, kepada Kebumen Ekspres, Selasa (30/8/2016).
Hery menjelaskan, rencana revitalisasi tersebut akan dimulai dengan penyusunan desain Tugu Lawet dan Tagline Kota Kebumen. "Sedangkan prosesnya akan dilaksanakan dalam waktu dekat dengan metode sayembara," ujarnya.
Menurutnya, metode sayembara digunakan agar proses ini menjadi perhatian khalayak nasional. Tidak hanya warga kebumen saja yang dapat berpartisipasi. Namun juga masyarakat dari berbagai daerah. "Hal ini tentunya akan semakin memperkenalkan kebumen di kancah nasional," tegasnya.
Sayembara tersebut, lanjut dia, akan melibatkan tim atau juri yang tahu dan memahami tentang sejarah Kebumen. Selain juga, tokoh-tokoh representatif kearifan lokal Kebumen, serta pihak-pihak yang ahli dibidang desain arsitektur dan city branding.
Nantinya hasil dari sayembara tersebut, baik desain tugu lawet ataupun city branding akan menjadi hak sepenuhnya pemerintah daerah. Yang bisa saja ditindaklanjuti dengan pengkajian yang lebih dalam melalui FGD-FGD di berbagai lapisan masyarakat. "Hal ini menjadi penting untuk meyakinkan bahwa desain dan tagline tersebut memang disetujui dan sesuai dengan aspirasi masyarakat Kebumen," imbuhnya.
Pada kesempatan itu, Hery juga menanggapi adanya respon masyarakat yang beranggapan bahwa Tugu Lawet akan dibongkar. Ia menegaskan bahwa Tugu Lawet bukan dibongkar namun direvitalisasi. Yaitu untuk meningkatkan fungsi dari Tugu Lawet tersebut. "Bapak Bupati juga tidak pernah mengatakan akan membongkar, namun merevitalisasi," tegas Hery.
Ia menjelaskan, berbeda sekali antara makna revitalisasi dengan membongkar. Revitalisasi merupakan proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali sesuatu yang sudah ada. Dengan kata lain, Pemkab Kebumen ingin menghadirkan Tugu Lawet yang lebih indah, lebih berfungsi,lebih modern tanpa meninggalkan ruh tradisi dan historinya.
Hal sama juga diungkap Kasubdit Pemerintah pada Bappeda Bahrun Munawir SSTP MSI. Dia kembali menegaskan, tidak pernah menyebut tugu lawet akan dibongkar melainkan direvitalisasi. Definisinya yakni memoles sesuatu yang sudah ada. Revitalisasi adalah memperindah sesuatu yang sudah ada. Maka apa yang sudah ada diperbaiki menjadi sesuatu yang lebih baik.
Dijelaskannya, kondisi Tugu Lawet yang ada, akan diperbaiki, seperti penambahan air mancur dan lain sebagainya. Dengan demikian maka pemahaman pembongkaran Tugu Lawet belum tentu tepat. Sebab revitalisasi bukan pembongkaran melainkan perbaikan, atau pembaharuan agar lebih baik. “Saya belum pernah mendengar kalau bupati akan membongkarnya. Yang saya tahu merevitalisasi,” tuturnya.
Setelah Bupati menyampaikan hal itu lanjutnya, maka disiapkanlah anggaran untuk sayembara desain Tugu Lawet yakni Rp 46 juta. Namun yang dimaksud desain Tugu Lawet baru, bukan berarti desain ulang total, melainkan desain sekitarnya. Kini dengan semakin banyak pembanguan gedung tinggi, membuat Tugu Lawet terkesan tenggelam. Maka dari itu perlu ada revitalisasi. “Ini baru mencari masukan dari masyarakat, makanya ada sayembara. Artinya akan banyak pertimbangan dalam proses perubahan Tugu Lawet, mulai dari teknologi pembangunan dan lain sebagianya, semua itu nantinya akan menjadi keputusan bersama. Pada tahun 2016 ini, hanya baru dianggarkan sayembaranya saja,” paparnya.
Adanya pro dan kontra menurut Bahrun Munawir merupakan hal yang positif. Keberadaan Tugu Lawet yang merupakan ikon kabupaten berselogan beriman ini benar-benar terdapat hati masyarakat. “Adanya pro dan kontra juga menunjukan tingginya partisipasi masyarakat dalam program tata kelola kota,” ucapnya.
Rencana Pemkab Kebumen untuk merevitalisasi salah satu ikon kota penghasil lawet ini mendapat respon yang beragam dari masyarakat. Keberadaan Tugu Lawet memang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kota kebumen. Hal ini karena pada Tugu Lawet menggambarkan semangat dan daya juang tinggi masyarakat Kebumen untuk meraih kesuksesan, yang digambarkan dengan burung lawet. Sehingga sangat wajar apabila masyarakat memberikan perhatian lebih tentang Tugu Lawet ini.
Bupati Kebumen Mohammad Yahya Fuad, pada Rapat Pembahasan City Branding dan Tagline Kebumen beberapa waktu yang lalu, menyampaikan bahwa fokus pembangunan Kebumen selain diarahkan pada penanggulangan kemiskinan. Juga pada city branding yang diawali dengan revitalisasi Tugu Lawet dan tagline kota Kebumen.
Bupati mengungkapkan, setiap zaman mempunyai ikon, dan setiap ikon mempunyai zamannya masing-masing. "Begitu juga ikon Tugu Lawet yang sekarang perlu mendapat sentuhan desain dan seni modern tanpa meninggalkan ruh tradisi dan historisnya," tandasnya.(ori/mam)