KEBUMEN (kebumenekspres.com)-Jenazah Abdul Ghofur (34) warga RT 2 RW 1 Desa Logandu Kecamatan Karanggayam dimakamkan di sebelah utara Rumah Kyai Sawal warga RT 2 RW 2 Desa Tepakyang Kecamatan Adimulyo.
Janazah dimakamkan tanpa kain kafan, dibungkus plastik dan diikat menggunakan tali karet. Setelah dibungkus menggunakan plastik beberapa lapis, jenazah kemudian digulung menggunakan terpal yang umumnya digunakan untuk menjemur padi.
Tidak ada patok atau tanda lainnya, yang menandakan bahwa itu merupakan sebuah makam, kondisi tanah diatasnya kuburan Ghofur rata dengan tanah. Lokasinya pun berada di bawah jemuran para santri. Tidak hanya itu saja, jenazah juga hanya dimakamkan sedalam sekitar satu meter.
Jenazah Ghofur berhasil di angkat, saat dilakukan pembongkaran makam oleh pihak kepolisian, Kamis (4/8). warga pun yang melihat pun tercengang. Mereka saling beradu pandang satu sama lain. Warga saling mengelus dada masing-masing semberi mulutnya menyebut sesuatu. Bagaimana tidak mereka dengan mata kepala sendiri melihat sesosok jazad manusia yang dikubur dengan cara demikian.
Abdul Ghofur pada awalnya datang kepada Kyai Abah Hasanudin atau biasa disapa Kyai Syawal warga RT 2 RW 2 Desa Tepakyang Kecamatan Adimulyo.
Kedatangan Ghofur tersebut, bermaksud untuk berguru kepada Kyai Syawal terkait ilmu makrifat. Kyai Syawal pun mengatakan, untuk mendapat ilmu makrifat syaratnya sangat berat, yakni harus berpuasa selama 40 hari, 40 malam. Tekad Ghofur tampaknya sudah bulat. Seakan tidak memikirkan resiko yang dihadapinya, dia pun lantas mengerjakan ritual tersebut.
Saat menjalankan ritual tersebut Ghofur ditemani saudaranya yakni Wasin. Namun wasin tidak kuat dan kemudian berhenti di tengah jalan. Setelah selesai menjalankan ritual, tepatnya tanggal 22 Desember 2015 silam, keluarga pun Ghofur menjenguknya. Begitu melihat kondisi Ghofur yang kurus kering, keluarga Ghofur pun memintanya untuk pulang dan dipulihkan dirumah. Namun keinginan keluarga ditolaknya.
Akhirnya pada tanggal 26 Desember 2015, Ghofur meninggal. Dan oleh Wasin dan Kuat santri lainnya, jenazah Ghofur pun dimakamkan di sebelah utara rumah Kyai Syawal.
Mengetahui apa yang menimpa Ghofur, pihak keluarga meminta makam korban dibongkar untuk dipindahkan untuk dimakamkan di Desa Logandu. Dan pihak Kyai Syawal pun tidak keberatan. . Alhasil, pada Kamis (4/8) kemarin pembongkaran dilakukan.(mam)
Janazah dimakamkan tanpa kain kafan, dibungkus plastik dan diikat menggunakan tali karet. Setelah dibungkus menggunakan plastik beberapa lapis, jenazah kemudian digulung menggunakan terpal yang umumnya digunakan untuk menjemur padi.
Tidak ada patok atau tanda lainnya, yang menandakan bahwa itu merupakan sebuah makam, kondisi tanah diatasnya kuburan Ghofur rata dengan tanah. Lokasinya pun berada di bawah jemuran para santri. Tidak hanya itu saja, jenazah juga hanya dimakamkan sedalam sekitar satu meter.
Jenazah Ghofur berhasil di angkat, saat dilakukan pembongkaran makam oleh pihak kepolisian, Kamis (4/8). warga pun yang melihat pun tercengang. Mereka saling beradu pandang satu sama lain. Warga saling mengelus dada masing-masing semberi mulutnya menyebut sesuatu. Bagaimana tidak mereka dengan mata kepala sendiri melihat sesosok jazad manusia yang dikubur dengan cara demikian.
Abdul Ghofur pada awalnya datang kepada Kyai Abah Hasanudin atau biasa disapa Kyai Syawal warga RT 2 RW 2 Desa Tepakyang Kecamatan Adimulyo.
Kedatangan Ghofur tersebut, bermaksud untuk berguru kepada Kyai Syawal terkait ilmu makrifat. Kyai Syawal pun mengatakan, untuk mendapat ilmu makrifat syaratnya sangat berat, yakni harus berpuasa selama 40 hari, 40 malam. Tekad Ghofur tampaknya sudah bulat. Seakan tidak memikirkan resiko yang dihadapinya, dia pun lantas mengerjakan ritual tersebut.
Saat menjalankan ritual tersebut Ghofur ditemani saudaranya yakni Wasin. Namun wasin tidak kuat dan kemudian berhenti di tengah jalan. Setelah selesai menjalankan ritual, tepatnya tanggal 22 Desember 2015 silam, keluarga pun Ghofur menjenguknya. Begitu melihat kondisi Ghofur yang kurus kering, keluarga Ghofur pun memintanya untuk pulang dan dipulihkan dirumah. Namun keinginan keluarga ditolaknya.
Akhirnya pada tanggal 26 Desember 2015, Ghofur meninggal. Dan oleh Wasin dan Kuat santri lainnya, jenazah Ghofur pun dimakamkan di sebelah utara rumah Kyai Syawal.
Mengetahui apa yang menimpa Ghofur, pihak keluarga meminta makam korban dibongkar untuk dipindahkan untuk dimakamkan di Desa Logandu. Dan pihak Kyai Syawal pun tidak keberatan. . Alhasil, pada Kamis (4/8) kemarin pembongkaran dilakukan.(mam)