istimewa |
Lakon yang diusung dalam pementasan ketoprak tersebut mengangkat isu nasionalisme, di tengah ancaman krisis kebanggaan generasi muda pada potensi budaya daerah. Lakon "Reksa Mustika Bumi" yang naskahnya ditulis oleh Pekik Sat Siswonirmolo, membeberkan pertarungan antara kompeni yang bernafsu menguasai daerah jajahan dengan masyarakat lokal daerah pegunungan atau pareden Kebumen.
Pentas lakon yang juga disutradarai oleh Pekik Sat Siswonirmolo dan berdurasi dua jam ini melibatkan sekitar 30 pemain. Terdiri atas pelaku seni tradisi cepetan dari Desa Watulawang, Kecamatan Pejagoan, Teater Ego Kebumen, Paguyuban Seni Rasa Kawedar Kebumen, dan beberapa pengurus DKD Kebumen.
Pementasan ini juga didukung iringan gending yang digawangi oleh Ki Bambang Budiono (pengurus DKD), yang juga seorang dalang asal Desa Jatijajar, Ayah dan Ki Sutarjo, guru SMP 2 Kutowinangun. Pementasan kesenian ini menggunakan iringan gamelan dari SMP Taman Dewasa yang dikolaborasikan dengan bass drum dan perkusi.
Sejumlah pemain teater terlibat pada pementasan itu, antara lain Putut Ahmad Su’adi, Sahid Elkobar , Nunung (Teater Ego), penari Pipin Damayanti (PNS Guru), Pekik Sat Siswonirmolo (pengurus DKD), Sakum (Roso Kawedar).
Secara umum pentas seni yang menggunakan bahasa gado-gado Bahasa Indonesia dan Jawa itu, cukup menggemparkan suasana panggung Jateng Fair 2016 ditengah minimnya pentas tradisional. Meski dalam guyuran hujan, tidak menyurutkan minat, pengunjung PRPP yang tetap bertahan menggunakan payung menyaksikan pementasan tersebut.
Penampilan Tari Cepetan yang juga disebut Dangsak cukup memukau pengunjung PRPP. Terbukti setelah pementasan banyak penonton yang berebut untuk foto bersama. Selain itu juga tidak ketinggalan ada dua orang anggota Polisi yang ikut berfoto dengan meminjam kostum Cepetan. Bahkan seusai pementasan para pemain Kethoprak Dangsak, khususnya penari cepetan harus menuruti permintaan panitia untuk ikut pawai, diarak mengelilingi area PRPP menggunakan kereta kelinci.
Ketua Umum DKD Kebumen, Pekik Sat Siswonirmolo, mengatakan Kethoprak Dangsak Lakon Reksa Mustika Bumi merupakan produksi keempat DKD. Yang bercerita tentang keteguhan local genius dalam mempertahankan kemerdekaan.
Kethoprak Dangsak sendiri merupakan sebuah ijtihad kebudayaan Dewan Kesenian Daerah Kabupaten Kebumen dalam rangka memacu kreatifitas dan semangat kolaborasi bagaimana kesenian khas Kebumen ini dapat lebih diterima oleh khalayak. "Maka munculah satu jenis kesenian baru, sebuah pertunjukan kolaboratif kethoprak yang merupakan seni tradisi asli Indonesia modern, dengan berbasis lakon yang dinaskahkan dengan mengambil spirit dan cita rasa Dangsak atau Cepetan Alas yang merupakan potensi seni daerah kabupaten Kebumen," beber Pekik Sat Siswonirmolo, kepada Kebumen Ekspres, Rabu (31/8).
Ia memaparkan, kethoprak Dangsak memiliki visi yang sejalan dengan fungsi seni sebagai wujud respon sosial. Hingga pada prakteknya naskah-naskah yang dimunculkan diupayakan dapat kontekstual terhadap jiwa jaman. Selain juga memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap masalah yang dihadapi masyarakat. Sehingga keberadaannya semakin berperan dan memiliki makna.
Asisten Sutradara Putut Ahmad Su'adi menambahkan, lakon Reksa Mustika Bumi ini menarik karena konteksnya terhadap situasi kontemporer. Kasus krisis nasionalisme pada generasi muda merupakan ancaman bagi keutuhan NKRI. Sehingga mempertahankan kemerdekaan dengan menjaga persatuan dan kesatuan melalui pemberdayaan budaya yang berbasis kearifan lokal menjadi tanggung jawab semua warga masyarakat, khususnya generasi muda.
"Rasa capai selama persiapan dan latihan, lunas terbayar pementasan kemarin," kata Putut Ahmad Su’adi.(ori)