darno/radarbanyumas |
"Saya menabung sudah 30 tahun. Sejak orang beli bubur Rp 25 tahun 1980 an sampai tahun ini," kata dia. Tekad warga RT 4 RW 3 Dusun Ngebak Desa Mantrianom Kecamatan Bawang ini didukung penuh oleh suaminya, Tugimin (74). Mantan tukang kayu ini mendukung istrinya menunaikan rukun Islam yang kelima. Setiap pagi hari, Tursiah berjualan bubur sumsum dengan berjalan kaki di sekitar Desa Mantrianom dan Bawang.
Dalam sehari, bahan baku yang digunakan untuk membuat bubur sebanyak dua kilogram. Sekali berangkat, dia memperoleh uang antara Rp 70 ribu sampai Rp 80 ribu per hari. Namun nominal tersebut bukanlah keuntungan bersih. Sebab omzet total yang belum dikurangi dengan biaya produksi.
Tursiah mengatakan sejak menjadi tukang bubur puluhan tahun lalu, sudah niat ingin menunaikan ibadah haji. Sehingga keuntungan dari berjualan bubur dia sisihkan untuk ditabung. Lambat laun, uang tabungannya menjadi banyak. Pada tahun 2011, dia lalu memutuskan untuk mendaftar haji melalui Kantor Kementerian Agama Banjarnegara.
"Waktu itu daftar tunggunya belum terlalu lama. Tidak seperti kalau sekarang yang lebih dari 20 tahun," ungkapnya. Mengenai kelengkapan dokumen, paspor sudah jadi. Sedangkan untuk visanya akan diberikan di Asrama Haji Donohudan Solo. "Kalau untuk menjaga kesehatan sudah divaksin meningitis satu kali," paparnya.
Tursiah menambahkan permohonan utama yang akan dipanjatkan di Mekkah yakni agar anak cucunya bisa segera menyusul menunaikan ibadah haji. "Selain tentunya agar saya bisa melaksanakan rukun, wajib dan sunnahnya haji," lanjutnya. (drn)