sudarno ahmad/ekspres |
Salah seorang warga setempat, Rahmi, mengatakan jembatan yang ambruk tersebut merupakan akses jalan desa. "Ini jembatan satu-satunya. Sehingga mengakibatkan kami terkurung tidak bisa keluar dari pedukuhan," kata Rahmi, kemarin.
Rahmi menjelaskan, ambruknya jembatan tersebut terjadi pada Selasa (27/9) sekitar pukul 05.00 dini hari setelah semalaman diguyur hujan. Beruntung saat itu tak ada warga yang melintas, sehingga tak sampai jatuh korban.
Untuk dapat mengakses keluar dari pedukuhan itu, kata Rahmi, warga sekitar terpaksa menggunakan jembatan darurat dari bambu yang hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki. Bahkan, Rahmi menjelaskan jembatan yang dibuat dari bambu tersebut sangat rawan dilintasi. "Yang bekerja sangat terganggu karena motor tidak bisa melintas. Terutama anak-anak sekolah terpaksa kami antar dengan jalan kaki," ungkapnya.
Rahmi berharap, jembatan tersebut cepat diperbaiki sehingga masyarakat bisa beraktivitas dengan normal kembali. Kepala urusan Pembangunan desa setempat Basirun (50), mengungkapkan jembatan yang melintasi Kali Tampuan itu ambruk karena diterjang banjir besar dalam dua hari terakhir. "Tanah yang berada dibawah pondasi tergerus air sehingga tak mampu menahan beban diatasnya," ujar Basirun, kepada Kebumen Ekspres.
Menurut Basirun, jembatan selebar dua meter itu dulunya dibangun melalui dana ADD desa setempat pada tahun 2007. Sebenarnya, kata dia, pihaknya sudah merencanakan akan memperbaiki jembatan pada tahun mendatang. "Kami baru saja menyusun proposal perbaikan ini sudah ambruk duluan," ucapnya.
Pihaknya mengaku bingung untuk membangun kembali jembatan tersebut. Hal ini lantaran, di tahun 2016 seluruh anggaran kegiatan pembangunan fisik sudah terserap semua. Sedangkan untuk tahun 2017 sudah masuk perencanaan melalui Musrenbangdes. "Kami bingung mau pakai anggaran apa ini. Tapi masyarakat juga butuh penanganan cepat," keluhnya.
Namun demikian, pihaknya berjanji akan mencari solusi terbaik untuk membangun kembali jembatan yang ambruk tersebut.(ori)